Apabila ego atau logika yang bekerja akan menjadi penghalang. Ada saja pembenaran dan mengasihani diri sendiri.
Dalam hal pengalaman bahwa dengan memberi kita akan mendapat ganti yang lebih besar jangan menjadi pegangan. Bahwa ketika memberi sedikit akan mendapat rezeki yang lebih besar lagi.
Apabila logika ini yang bekerja kita akan mudah tersesat dalam kebajikan. Kebajikan dalam ketakbaikan.
Karena ketika berbuat kebajikan selalu ada harapan mendapat balasan yang lebih banyak.
Ketika apa yang diharapkan tidak jadi nyata. Yang ada timbul rasa kecewa.
Timbul tanya, "Buat apa jadi orang baik, bila takada untungnya?"
Dikatakan bahwa sejatinya hidup adalah praktik darma. Namun, ketika melakukan ada timbul keinginan mendapat balasan, terkenal, atau dihormati. Ini bukan lagi menjadi praktik darma, tetapi berdagang namanya.
Sejatinya yang menjadi harapan dalam praktik darma adalah bahwa dengan kita berbuat kebajikan sekecil apapun akan tumbuh benih-benih kebaikan lainnya. Dengan demikian kebajikan akan tumbuh subur di mana-mana.
Ibarat sebiji benih yang begitu kecil, ketika tumbuh subur menjadi pohon akan menghasilkan banyak buah yang bermanfaat buat banyak orang.
Manakala dari buah yang ada digunakan menjadi benih lagi, malah akan semakin banyak menghasilkan buah. Begitu seterusnya.
Seperti inilah harapan terbaik dari perbuatan baik yang kita lakukan. Bukan berharap hanya kita sendiri yang menikmati manisnya buah kebajikan yang telah kita tabur.Â