Saya punya sedikit pengalaman seperti ini. Setelah memberi uang yang hanya tersisa di kantong kepada seorang ibu dan anak yang lewat di depan saya.
Sang ibu mengatakan ia tidak ada ongkos lagi pulang ke kampung. Tanpa pikir panjang langsung saya merogoh kantong dan memberikan semua uangnya.Â
Tidak banyak memang. Hanya Rp15.000. Padahal uang itu sengaja saya simpan untuk modal membeli bahan bakar motor keesokannya. Tidak ada uang simpanan lain lagi.
Lantas pikiran saya bekerja. Menyalahkan diri sendiri. "Kenapa kamu bodoh sekali. Besok kamu mau bekerja pakai apa?"Â
Ya, sebagai pramuniaga (salesman) setiap hari saya memang mesti berkunjung ke toko pelanggan.Â
Panik. Bagaimana ini?
Namun, apabila kepintaran dikesampingkan dan kebajikan hati yang tersisa menjadi tuan akan lain cerita.
Setelah tarik napas dan tenang. Giliran hati yang menasihati. "Jangan menyesali kebajikan yang telah terjadi. Ikhlaskan saja. Semua akan baik-baik. Percayalah."
Akhirnya saya bisa tersenyum. Ya, semua akan baik-baik saja. Karena apa yang dilakukan adalah kebajikan. Kenapa mesti menyesali?Â
Terbukti keesokannya saya tetap bisa berangkat kerja dengan rezeki yang lebih dari apa yang telah saya berikan. Entah dari mana. Yang penting halal.
Kejadian ini juga semakin menyadarkan, bahwa tidak ada alasan untuk tidak bisa berbuat baik walau diri sendiri dalam kekurangan.Â