Salah satu hal yang tidak teratur dalam keseharian hidup kita adalah dalam hal mengolah makanan. Dengan mata telanjang kita bisa melihat secara nyata di depan mata apa yang terjadi.Â
Apakah itu?Â
Membuang makanan. Tanpa perlu  merasa risih dan malu membuang begitu saja makanan yang tersisa di piring. Tidak sadar bahwa dalam sepiring makanan itu begitu banyak pengorbanan dan jerih payah para petani dan mereka yang berkontribusi.Â
Artinya, ketika kita membuang makanan yang masih tersisa di piring bukan hanya telah menyia-nyiakan rezeki yang ada dan tidak bersyukur, tetapi telah mencemari bumi tercinta ini. Menjadi penyumbang terciptanya efek rumah kaca.yang kelak akan menjadi sumber malapetaka.Â
Urusan atau kebiasaan membuang makanan sisa ini memang menjadi hal yang sangat memprihatinkan. Semestinya menjadi kesadaran kita bersama bahwa untuk menyelamatkan bumi kita dari pemanasan global bisa dimulai dari sepiring makanan.Â
Menyayangi makanan bukan sekadar urusan penghematan, tatapi rasa terima kasih akan karunia Tuhan dan rasa peduli pada kehidupan.
Coba sejenak kita simak laporan FAO, Badan Pangan dan Pertanian PBB dalam  "The Food Wastage Footprint", atau jejak makanan yang terbuang,  memperkirakan jejak karbon dari makanan terbuang setara dengan 3,3 miliar ton karbon dioksida per tahun. Ini data tahun 2013.[2]Â
FAO juga mencatat, bahwa Indonesia adalah pembuang makanan terbesar setelah Arab Saudi. Bayangkan, 300 kg setiap orang per tahun.Â
Sementara menurut data BPS 2017 makanan yang terbuang mencapai sekitar 27 triliun rupiah.[3]Â
Mencengangkan, bukan?Â
Apa upaya yang bisa kita lakukan?
Seperti kita tahu dalam setiap makanan yang tersaji di  piring bukan hanya bernilai uang. Namun, ada jejak karbon dan kemudian akan menghasilkan gas metana sebagai penyumbang emisi yang menjadi penyebab pemanasan global.Â