Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[BF] Indahnya Hidup Menjomblo

15 Februari 2013   11:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:16 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Aku berusaha mencari celah. "Tapi bukankah menikah itu ibadah, Mbak? Jadi setiap manusia itu kan diciptakan sepasang-sepasang."

"Mas, kalau menikah itu memang dianggap ibadah, aku pikir tidak ada yang namanya perceraian. Yang namanya ibadah harusnya siap menerima kelebihan dan kekurangan pasangan. Siap hidup dalam suka dan duka."

Berhenti sejenak sambil melihat reaksiku. Aku merasa pembicaraan kami semakin menarik di hari Minggu itu.

"Tapi Mas bisa melihat kenyataannya. Mereka yang katanya menikah atas nama ibadah demikian mudahnya mengingkari dengan penceraian.

"Jadi bawa-bawa sebagai ibadah itu cuma omongan kosong. Nyatanya kebanyakan menikah lebih karena untuk melampiaskan nafsu seks aja."

Semangat sekali bicaranya Asti. Aku sampai tidak berkutik untuk menjawab.

"Aku bahagia kok dengan status jombloku saat ini. Tidak ada beban apapun. Aku tidak harus peduli dengan tanggapan sinis orang-orang. Karena ini jalan hidupku. Aku yang merasakan. Jadi soal menikah, belum ada rencana tuh."

Mendadak aku mati gaya. Hari yang ingin kujadikan indah bersama Asti terasa menyesakkan. Aku kehilangan harapan.

#
Untuk melihat karya BF rekan-rekan yang lain, klik
di sini!
Jangan lupa juga, join dengan kita di grup Fiksiana Community

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun