Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[BF] Indahnya Hidup Menjomblo

15 Februari 2013   11:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:16 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tampak Asti menahan senyum penuh arti.

"Oalah, Mas. Aku ini belum pernah nikah. Mas kira anak-anak itu anakku ya? Bukan, Mas. Mereka itu anak kakakku yang sudah cerai dengan suaminya. Gitu, Mas." penjelasan Asti membuat aku sedikit kaget dan lega.

"Oh, maaf, maaf. Aku kira mereka anak-anakmu. Jadi ceritanya masih jomblo toh?" aku mulai berani menggodanya.

Sejak pertemuan itu. Entah mengapa aku jadi banyak menyisihkan waktu berpikir tentang Asti. Ada sesuatu yang menarik untuk membuatku dekat dengannya.

Aku berusaha mencari waktu untuk bisa berbicara dengannya. Penasaran. Mengapa di usianya yang sudah sangat dewasa masih betah hidup sendirian? Menurut Asti kini usianya sudah 36 tahun.

Dari beberapa kali pembicaraan, kuketahui ternyata Asti memilih menjomblo karena trauma untuk menikah. Hal ini terjadi atas apa yang dialami kakaknya.

Dimana pada penikahan pertama, rumah tangga dipenuhi dengan keributan sampai suaminya pergi dengan wanita lain. Sementara anak-anak masih kecil.

Pada pernikahan yang kedua kali, rupanya kebahagiaan masih jauh menaungi rumah tangga kakaknya.

Melihat realita ini, Asti berkesimpulan bahwa lelaki itu hanya menjadi sumber penderitaan dalam berumah tangga.

"Tapi tidak semua lelaki seperti itu, Mbak!" aku mencoba mengubah persepsinya.

Asti tersenyum dan menanggapi,"Tapi aku merasa nyaman dan bahagia kok walau tidak di dampingi seorang lelaki sampai saat ini. Tidak ada beban sama sekali."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun