Aku berusaha mencari celah. "Tapi bukankah menikah itu ibadah, Mbak? Jadi setiap manusia itu kan diciptakan sepasang-sepasang."
"Mas, kalau menikah itu memang dianggap ibadah, aku pikir tidak ada yang namanya perceraian. Yang namanya ibadah harusnya siap menerima kelebihan dan kekurangan pasangan. Siap hidup dalam suka dan duka."
Berhenti sejenak sambil melihat reaksiku. Aku merasa pembicaraan kami semakin menarik di hari Minggu itu.
"Tapi Mas bisa melihat kenyataannya. Mereka yang katanya menikah atas nama ibadah demikian mudahnya mengingkari dengan penceraian.
"Jadi bawa-bawa sebagai ibadah itu cuma omongan kosong. Nyatanya kebanyakan menikah lebih karena untuk melampiaskan nafsu seks aja."
Semangat sekali bicaranya Asti. Aku sampai tidak berkutik untuk menjawab.
"Aku bahagia kok dengan status jombloku saat ini. Tidak ada beban apapun. Aku tidak harus peduli dengan tanggapan sinis orang-orang. Karena ini jalan hidupku. Aku yang merasakan. Jadi soal menikah, belum ada rencana tuh."
Mendadak aku mati gaya. Hari yang ingin kujadikan indah bersama Asti terasa menyesakkan. Aku kehilangan harapan.
#
Untuk melihat karya BF rekan-rekan yang lain, klik
di sini!
Jangan lupa juga, join dengan kita di grup Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H