“Andai saja sekat jarak ini adalah kaca, maka pasti aku akan senang melihat wajahmu Koko. Meskipun berjauhan masih bisa saling memandang. Aku tahu apa yang sedang kau lakukan saat ini? Ahh, Ko! Apa masih ingat aku ?” Hampir saja airmatanya jatuh, kalau tidak cepat-cepat di tepisnya.
Akhirnya Tri memilih untuk tidur siang saja. Tidak butuh waktu lama akhirnya iapun terlelap. Mungkin karena kecapaian menunggui Mama di rumah sakit beberapa hari lalu.
*** Assalamualaikum..! Suara salam seseorang dari luar mengagetkan mereka sekeluarga yang tengah bercengkerama di ruang keluarga. Tri bergegas membukakan pintu, ingin tahu siapa yang datang malam itu.
“Uda Ramli? Tri setengah tak percaya saat tahu siapa yang datang.
“Malam, Tri," senyum Ramli hangat sekali malam itu.
“Ayo, silakan masuk Uda.. !” Tri mempersilakan Ramli masuk dan duduk di ruang tamu.
“Sebentar ya !” Tri berlalu ke belakang, berbisik kepada orang tuanya “Ramli datang ,Ma!”
“Ya, sudah ambilkan minum !” Ucap Mama, dan tidak beranjak dari duduknya.
Sepertinya sengaja, agar Tri sendiri yang membuatkan teh hangat untuk Ramli. Lalu Tri menemani, duduk di sofa berhadapan Ramli. Tri terlihat sedikit kikuk, ia bingung dan tidak tahu harus mengatakan apa.
Tri meremas-remas jemarinya, sambil sesekali menatap Ramli yang juga terlihat agak canggung. Ramli memang tipe lelaki yang kikuk menghadapi wanita. Apalagi wanita itu secantik Tri.
Dalam hati Tri memuji juga ketampanan Ramli. Apalagi sekarang, Ramli seorang dosen di sebuah Universitas di Padang. Membuatnya semakin terlihat berwibawa.