Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Satu Cinta Dua Agama [16]

10 April 2011   00:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:58 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13023995831628605227

“Andai saja sekat jarak ini adalah kaca, maka pasti aku akan senang melihat 
wajahmu Koko. Meskipun berjauhan masih bisa
 saling memandang. Aku tahu apa yang 
sedang kau lakukan saat ini? Ahh, Ko! Apa masih ingat aku ?” Hampir saja airmatanya jatuh, kalau tidak cepat-cepat di tepisnya.

Akhirnya Tri memilih untuk tidur siang saja. 
Tidak butuh waktu lama akhirnya iapun 
terlelap. Mungkin karena kecapaian 
menunggui Mama di rumah sakit beberapa 
hari lalu.

***
Assalamualaikum..! Suara salam seseorang 
dari luar mengagetkan mereka sekeluarga
 yang tengah bercengkerama di ruang
 keluarga. Tri bergegas membukakan pintu, 
ingin tahu siapa yang datang malam itu.

“Uda Ramli? Tri setengah tak percaya saat tahu siapa yang datang.

“Malam, Tri," senyum Ramli hangat sekali malam itu.

“Ayo, silakan masuk Uda.. !” Tri mempersilakan Ramli masuk dan duduk di 
ruang tamu.

“Sebentar ya !” Tri berlalu ke belakang, berbisik kepada orang tuanya “Ramli datang ,Ma!”

“Ya, sudah ambilkan minum !” Ucap Mama, dan tidak beranjak dari
 duduknya.

Sepertinya sengaja, agar 
Tri sendiri yang membuatkan teh hangat untuk Ramli. Lalu
 Tri menemani, duduk di sofa berhadapan Ramli. Tri terlihat
 sedikit kikuk, ia bingung dan tidak tahu 
harus mengatakan apa.

Tri meremas-remas jemarinya, sambil sesekali menatap Ramli 
yang juga terlihat agak canggung. Ramli memang tipe lelaki yang kikuk menghadapi wanita. Apalagi wanita itu secantik Tri.

Dalam hati Tri
 memuji juga ketampanan Ramli. Apalagi 
sekarang, Ramli seorang dosen di sebuah 
Universitas di Padang. Membuatnya semakin 
terlihat berwibawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun