“Tehnya enak, Tri !” Puji Ramli sedikit berbasa-basi. Tri hanya tersenyum, semakin bingung saja menghadapi Ramli yang lebih banyak diam sedari tadi.
Begitulah pertemuan malam itu antara Tri dan Ramli yang berlangsung tanpa ada kesan yang istimewa. Namun setidaknya Tri mulai membuka hatinya untuk lelaki lain.
"Sepertinya Ramli memang lelaki yang baik. Sopan dan rendah hati. Tak ada salahnya aku belajar untuk menyukainya." Tri seakan berkata pada dirinya sendiri.
"Yah, aku sudah waktunya harus berani mencintai lelaki lain, selain Koko yang selama ini selalu mengisi relung-relung hatiku!" Tri lebih meyakinkan dirinya lagi. "Seperti kata Koko, sudah waktunya aku harus berani menghadapi kenyataan kehidupan saat ini dan tidak boleh terus-menerus melihat masa lalu, karena hidup adalah saat ini. Yaaaa, aku pasti bisa!!!" Tri kembali menyemangati dirinya saat terbaring sendirian di kamarnya yang sunyi malam itu.
* Keesokan harinya saat pagi, Tri segera menghubungi Li, karena ia tahu, walaupun hari libur, Li selalu bangun pagi-pagi.
"Haloooo... Koko sayanaaaang, selamat pagi! Sudah bangun belum?" Sapa Tri dengan cerianya.
"Selamat pagi juga sayang. Jelas sudah bangun dong. Kalau belum bangun, mana mungkin bisa menerima teleponmu! Loh, ada angin apa nih, begitu ceria di pagi ini? Pasti semalam ketemu arjuna ya?!" Sahut Li dari seberang tak kalah girangnya.
"Iya, Koko. Semalam aku ketemu arjuna! Bagaimana menurut Koko tentang Ramli yang waktu itu bertemu di rumah Tri?!"
"Ramli?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H