Bapak Kepala Badan (Kaban) BPSDM Teguh memaparkan disertasinya yang berjudul 'Analisis Dinamika Pemilihan Langsung Gubernur dan Wakil Gubernur (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Tenggara)' dengan luwes dan terlihat begitu memahami masalah.
Solusi yang ditawarkan Teguh untuk mengantisipasi permasalahan ketidakefektifan tata kelola pemerintahan yang baik karena Kepala Daerah bersama wakilnya kerap pecah kongsi dan tidak harmonis dalam menjalani roda pemerintahan ialah dengan merekonstruksi model alternatif Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara sesuai dengan objek penelitian disertasinya yaitu Pilgub Sulawesi Tenggara.
Menurut Teguh, perlu dikaji ulang model pemilihan antara gubernur dan wakil gubernur. Apakah dipilih satu paket, atau hanya kepala daerahnya saja.
Hal tersebut tidak terlepas dari fakta bahwa, pertama, gubernur adalah perpanjangan tangan pemerintah pusat di daerah dan sekaligus sebagai kepala pemerintahan di daerah. Kedua, pemilihan wakil gubernur (dan wakil bupati, wakil wali kota) tidak dijelaskan dengan rinci di dalam undang-undang sehingga membuat abu-abu dan dapat menimbulkan ketidakharmonisan antara gubernur dan wakil gubernur. Tugasnya pun dianggap kurang strategis karena hanya sebagai pembantu gubernur.
Ketiga, banyak fakta menunjukkan munculnya kerenggangan antara gubernur dan wakil gubernur. Kondisi tersebut terjadi salah satunya karena pasangan calon sering kali dipersatukan karena kesepakatan-kesepakatan politik, bukan karena kesamaan visi dan misi. Permasalahan- permasalahan ini bisa berakibat fatal terhadap jalannya roda pemerintahan.
Oleh karena itu, melihat berbagai dinamika dan perdebatan di masyarakat, penelitian Teguh tersebur berusaha memberikan alternatif pemilihan sesuai analisis teoritis, temuan penelitian, serta kajian perundang-undangan.
Semangat utama yang dibawa yaitu pendalaman proses demokratisasi di tingkat lokal dan penghargaan terhadap hak setiap masyarakat.
Adanya sistem demokrasi menuntut kita agar mengutamakan kehendak rakyat daripada elit. Masyarakat sebagai pemilik hak suara berhak untuk memberikan suaranya kepada calon kepala daerah yang berkualitas dan bisa membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Lebih jauh lagi, model alternatif ini mengharapkan terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik.
Teguh berharap, model alternatif yang ditawarkan dalam disertasinya ini secara khusus ditujukan untuk pelaksanaan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan juga dapat digunakan di daerah lain dengan tetap didahului penelitian secara mendalam dan menyesuaikan dinamika serta kondisi sosial, budaya, dan politik wilayah tersebut.
Hal tersebut penting untuk memastikan agar kepala daerah terpilih dapat bekerja secara maksimal dalam mensejahterakan masyarakat serta mampu mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.Â
Secara detail Teguh menawarkan dua model alternatif untuk skenario Pilkada langsung; Aternatif pertama, menurutnya, gubernur dan wakil gubernur dipilih langsung oleh rakyat dalam satu paket melalui pilkada langsung, namun wakil gubernur diberikan kewenangan serta tugas pokok yang lebih kuat.Â