Faktor akses, infrastruktur, dan biaya merupakan tiga di antara sekian banyak sebab dari rendahnya APS dan AKS di daerah tersebut. Maka dari itu, dengan penerapan sistem zonasi, pemerintah juga harus mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat menjadi solusi dari kondisi yang ada.Â
Penggabungan sekolah, pembangunan fasilitas pembelajaran pra-sekolah, dan melakukan perbaikan akses jalan merupakan beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan.
Sebagai salah satu faktor input utama dalam proses pembelajaran, pemerintah harus mempertimbangkan investasi di sumber daya manusia di pendidikan, terutama tenaga pendidik dan mempertimbangkan trade-off antara investasi untuk menambah kuantitas atau kualitas tenaga pendidik (Dolton & Marcenario-Gutierrez, 2011 ; Bietenbeck et al, 2015).Â
Sesuai dengan alokasi APBN untuk anggaran pendidikan sebesar 20 %, dimana salah satu target anggaran adalah pembangunan/rehabilitasi ruang kelas/sekolah, dapat diperkirakan akan terdapat peningkatan jumlah sekolah dan/atau ruang kelas.Â
Maka dari itu, pemerintah harus mempertimbangkan investasi untuk meningkatkan kuantitas tenaga pendidik seiring dengan meningkatnya jumlah sekolah dan/atau ruang kelas, tetapi tanpa mengesampingkan kualitas.Â
Perlu diperhatikan juga bahwa meningkatkan kuantitas tenaga pendidik akan mengakibatkan biaya tetap yang harus dikelola dengan hati-hati, terutama di daerah tertinggal di mana inefisiensi operasional sekolah terjadi. Meskipun biaya tetap seperti gaji untuk tenaga pendidik membawa risiko yang besar, gaji sebagai insentif memainkan peranan penting dalam aktivitas pembelajaran peserta didik.Â
Perlu diingat bahwa anggaran akan mempengaruhi perilaku seseorang, maka pemerintah diharapkan dapat mengoptimalisasi penggunaan anggaran untuk insentif tenaga pendidik.
Implikasi kebijakan lain yang secara tidak langsung merupakan dampak dari penerapan sistem zonasi adalah harga rumah. Beberapa studi telah menemukan hubungan antara kualitas sekolah dan harga rumah di kawasan tersebut.Â
Heyman dan Sommervoll (2018) dalam studinya yang mengambil kota Oslo, Norwegia sebagai objek studi, menyatakan bahwa lokasi relatif rumah terhadap tempat-tempat umum seperti stasiun kereta, sekolah, pusat perbelanjaan, dan sebagainya merupakan hal yang penting untuk memahami pola harga rumah dalam suatu kawasan.Â
Nguyen-Hoang (2011) dalam studinya yang menelaah literatur-literatur lampau mengenai kapitalisasi kualitas sekolah ke dalam harga rumah menemukan bahwa terjadi kenaikan harga rumah sebesar kurang dari 4 persen untuk setiap peningkatan satu standar deviasi nilai ujian siswa, yang merepresentasikan kualitas sekolah.Â
Pada awal fase penerapan sistem zonasi, di mana label sekolah favorit diperkirakan tidak akan hilang selama beberapa tahun kedepan, tidak menutup kemungkinan akan terbentuknya perumahan eksklusif di sekitar sekolah-sekolah tersebut.