"Hah, beneran? Boong kali lu," celotehnya remeh, seolah aku hanya membual sempurna untuk menyenangkan dirinya.
"Masa gue bohong sih sama elu! Nih, banyak orang yang nge-DM gue. Padahal, gue cuma pengen agitasi ke orang-orang kalau sejatinya banyak manusia yang lebih membutuhkan dan empati mungkin yang menggerakan mereka. Banyak yang seperti itu, tapi sayangnya pejabat kita malah tutup mata tak peduli dengan kesakitan yang dialami oleh mahasiswa. Itulah yang membedakan rakyat biasa dengan pemerintah yang cenderung jadi koruptor di segala aspek."
Dia terdiam, kemudian matanya berkaca-kaca. Wajahnya benar-benar kusut, matanya sayu dan menunduk dan tanpa sadar beberapa bulir air mata jatuh dari peraduannya dan membasahi lantai yang sudah penuh dengan isakan kecil yang tak terdengar. Segera aku mengambilkan tisu kotak yang berada di dekat ranjang tempat tidur dan mulai mengambilkannya untuk dia.
"It's ok! Gak masalah buat nanigs, keluarkan aja. Gue gak mau dunia ini semakin sepi, karena orang-orang pergi karena hal kecil." Dukunganku kepadanya diberikan dengan menepuk bahunya pelan dan merengkuhnya sebagai bentuk dukungan atas Ardian yang baru saja pulih dalam keterpurukannya.
"G-gue-mi-minta maaf banget ya, s-sela-ma i-n-i g-gue-b-banyak ngerepotin elu," ucapnya lirih dan terbata-bata.
"Gak ada kesalahan yang melekat di diri lu. So, lu harus bersyukur, karena masih banyak orang yang peduli sama hidup lu. Dunia gak sekejam itu untuk orang-orang yang mau berusaha. Tuhan adalah sumber kunci dari segala perlawanan atas pergumulan hidup lu sendiri. Tetap semangat ya," Motivasi kuberikan, agar dia berhenti menangis dan lebih mensyukuri kehidupannya sendiri. Sehingga, dalam waktu sekejap dia berhasil menghanyutkan dalam perasaannya yang dalam, sampai tak tahan untuk tak menangis.Â
Kendati demikian, aku tak mau terlarut pada hal yang sama. Kami hanya bersyukur, bahwa Tuhan begitu baik kepada kami sampai banyak orang yang mau tergerak menolong kami dengan bermodalkan akun sosial media. Bahwasannya, aksi tidak harus dengan demonstrasi. Banyak cara mencapai sebuah aspirasi dan media sosial adalah jawaban dari semua hal yang sama-sama perlu diketahui atas jawaban-jawaban yang terdistraksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H