Aku melenggang pergi dan meninggalkan Usama dan abai kepada orang yang ada di sekitarku, sampai kembali ke kosan-ku.
----OooOoOOo----
Aku penuh dengan wajah terkejut, melihat seseorang mendekati pintu kosan. Berharap, bukan seseorang yang jahat atau Usama yang datang. Kulangkahkan kakiku pelan-pelan, sambil berusaha dengan penuh keyakinan mendekati mereka dan rupanya itu adalah Ardian dan ibunya.
"Ngapain ke sini?" Aku semakin mendekat dan tatapan Ardian benar-benar menakutkan, dia seperti marah akan sesuatu.
"Oh iya, ibu gue mau ngomong."
Aku kemudian membuka pintu kost dan mempersilahkan mereka masuk. Tak lupa, aku menyediakan air minum untuk mereka, tetapi mereka tak mengambilnya, karena biasanya budaya orang Indonesia adalah menolak pemberian dari tuan rumah. Tak ada hak juga untuk memaksa mereka meminumnya, tetapi pada akhirnya pada satu titik jelas mereka akan meminumnya.
"Maafin nak Ardian dari saya ya." Sang Ibu langsung bersujud kepadaku, dia kehilangan kata-kata.
Aku terkejut dan terus berusaha menghalangi perbuatan sang ibu, alih-alih dia berhenti. Malah sujudannya semakin erat di tanah. Kemudian, dengan bantuan Ardian, Â dia mengangkat badan ibu untuk kemudian tetap diajak berbicara secara empat mata, tanpa harus demikian.
"Dirga, maafin gue gara-gara kebanyakan oversharing seperti ini. I looked pathetic yesterday." Penjelasan itu yang kemudian membuatku paham arah pembicaraan ini.
"Sejak kapan lu nyusahin gue?" Balasanku malah tenang menghadapi dia yang ketar-ketir menerima jawaban dariku. "Udah lu gak usah pikiran apapun. Barusan gue buka Twitter dan banyak reaksi positif buat elu dan bahkan ada yang mau mendukung penuh biaya lu sampai selesai kuliah."
Matanya terbelalak sempurna, dia tak percaya dengan apa yang kuucapkan barusan.