Wiwi dan aku luar biasa dekat tidak terpisahkan. Aku setelah bisa duduk, tidur seranjang bersama Wiwi dan bude. Wiwi jatuh sakit setelah ditinggal aku pergi. Seminggu demam dan terus mengigau memanggil namaku.Â
Suatu hari saat bude dan eyang sedang melayani pembeli di warung, dari arah dapur terdengar bunyi dentingan piring. Eyang menyuruh bude untuk cek.
Ternyata Wiwi kecil sedang jongkok mencuci piring. Waktu itu tempat cuci piring sama dengan cuci baju. Tetapi, baskom berbeda.Â
Piring bekas makan siang dan peralatan memasak yang berserakan di lantai, diberesinya. Baskom diisi air bersih.
"Wi, sedang apa?" tanya bude.
"Bantu bunda cuci piring," jawabnya dengan wajah tersenyum lebar dan sorot tatapan mata yang berbinar penuh ketulusan.
Bude yang melihat sorot mata itu dan tangan kecil yang dengan wajah serius penuh kewaspadaan mengangkat piring, menyabuni lalu bilas ke baskom isi air bersih kemudian ditumpuk dalam baskom kosong, langsung menjadi sangat jatuh cinta pada Wiwi.
Bude tahu betul Wiwi yang baru sembuh pasti sangat merindukan aku dan merasa sangat kesepian. Untuk mengusir semua rasa itu, dia jadi menyibukkan diri. Padahal, usianya baru 2 tahun.
"Mulai detik itu bude berjanji harus memberikan yang terbaik untuknya!"Â
Eyang sejak dulu langganan koran dan tidak tertarik membeli TV. Menurut eyang, koran lebih banyak manfaat karena setelah habis dibaca bisa digunting simpan berita yang penting dan dipakai membungkus barang jualan.Â
Bude yang juga rutin membaca koran, suatu hari membaca iklan beasiswa masuk SMP dari pemerintah Singapura. Wiwi memenuhi kriteria usia dan standard nilai.