Sampai di Semarang, bude segera mengisi formulir dan melengkapi syarat yang diminta. Lalu, dengan menyebut 'bismillah', amplop surat dimasukkan ke dalam kotak pos.
Wiwi yang lolos seleksi wajib mengikuti tes dan wawancara di Jakarta.Â
Eyang membuat lumpia, telur rebus, wortel dan brokoli kukus, nasi goreng baso dan tumis teri tempe untuk bekal mereka di perjalanan.Â
Wiwi terus tertidur pulas dalam pangkuan bunda yang tidak henti berjaga, mengipasi dan membelai lembut keningnya selama dalam perjalanan dengan kereta.Â
Sampai di kedutaan, bude dengan terkantuk-kantuk menunggu di luar selama 2 jam bersama orang tua yang lain.
Seminggu setelah itu datang surat pemberitahuan Wiwi diterima. Bude luar biasa senang tapi, hanya sebentar karena tersadarkan harus terpisah jauh dari Wiwi.
Masalah ini diceritakan ke kakak perempuan paling tua. Kakaknya itu memberi ide untuk bude mencoba jadi Tenaga Kerja Wanita ke Singapura.Â
Bude sebenarnya ragu karena takut akan mendapat majikan yang jahat. Tetapi, eyang menguatkan dia untuk mencoba dahulu dan selebihnya serahkan ke Tuhan. Eyang yakin Tuhan pasti berikan yang terbaik.
Sebulan setelah Wiwi ke Singapura, bude menyusul untuk bekerja di rumah konglomerat pemilik perusahaan finansial terbesar di Singapura.
Aku menarik nafas dalam-dalam.Â
"Nanti siapa yang menjemput?" tanyaku.