Menjelang jam buka puasa, semua saudara datang membawa keluarga masing-masing dan makanan.
Wiwi hanya bisa diam dan menyahut seadanya saat diajak mengobrol. Hatinya berkecamuk rasa kesal, marah, bingung dan bahagia.Â
'Semua terasa sangat asing. Sepertinya tidak mengetahui kebenaran itu lebih baik,' katanya dalam hati. 'Tetapi, aku harus berani tidak takut menghadapi kebenaran hidup... Bunda, terlihat sangat bahagia,' batinnya lagi dengan pelupuk mata terasa basah.
"Mas! Kata mamaku mas ini hebat lulusan Singapura!" Tiba-tiba muncul seorang anak remaja laki usia SMP. "Aku mau seperti mas. Ayo, cerita bagaimana cara mendapat beasiswa," lanjutnya.
Sapaan dan pertanyaan anak itu sedikit menghibur hati Wiwi yang sedang kehilangan semangat.
"Duduk sini," pinta Wiwi lalu mengelus rambut anak itu. Ketika telapak tangan dia menyentuh rambut anak itu, muncul energi hangat dan panas mengigit kuat kulit telapak tangan lalu menjalar hingga ke bahu kanan.
Wiwi, untuk pertama kali dalam hidup menyadari memiliki ikatan batin dengan anak di depan mata dan seluruh orang yang berada di dalam rumah itu.
-bersambung
Â