"Bintang, apa kabar?" tanyanya ke aku yang bingung dengan kedatangannya.
"Kabar baik. Bapak, silakan duduk," jawabku.
"Langsung saja. Bapak mau tanya kamu tahu foto ini milik siapa?" tanyanya lagi dengan memperlihatkan sebuah album.
"Ini punya pak Xie... Kenapa ada di tangan bapak?" tanyaku semakin keheranan.
"Siang ini saat dipanggil untuk makan, beliau ditemukan duduk diam membeku dengan tersenyum memeluk album foto ini," jawab pak Mark dengan suara serak.
Air mataku langsung menetes jatuh dengan deras.
"Tujuh hari lagi jenazah beliau dimakamkan. Bila kalian berlima ada waktu, tolong datang ke alamat ini. Foto ini akan kami taruh dalam genggaman tangannya," kata pak Mark sambil menghapus air mata.Â
Setelah pak Mark pergi, aku segera mencari yang lain. Semua langsung menangis mendengar berita sedih ini.
Istri pak Mark adalah anak dari adik perempuan pak Xie. Adiknya itu juga membantu di toko.Â
Seminggu sebelum aku, Shidd, dan Shotaro pulang, sesuai janji kami berenam kami mengadakan pesta perpisahan. Pesta perpisahan dalam bentuk penghormatan terakhir ke pak Xie.
 Sebelum ke pemakaman, kami mampir toko bunga untuk membeli bunga mawar merah 5 tangkai. Bunga itu satu persatu kami taruh ke dalam peti mati yang dibuka kembali khusus untuk kami. Wajah pak Xie terlihat sangat tenang. Senyum manis terukir di wajah yang membeku. Tangannya memegang foto kami berenam di dada.