Terkadang saya masak sarapan di jam 3. Paling rutin jam 5 pagi. Jam 7 cuci garasi kandang anjing lanjut pekerjaan lain.
"Jadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan tidak ada batas waktu tanpa waktu istirahat yang jelas seumur hidup"
Itu ucapan mama saat di awal kami sakit dan dia juga pernah bilang saat saya mandikan bahwa semua orang pada akhirnya akan kembali seperti bayi lagi.
Ucapan mama itu menambah kekuatan diri saya untuk bertahan. Tapi, ini bukan pertama kali tubuh saya dipuji kuat oleh dokter.
Hari pertama masuk kuliah di kampus jaket kuning untuk ospek, seluruh mahasiswa demo menentang kenaikan uang kuliah. Jalan masuk kampus ditutup total hingga membuat orang satu kota marah karena bikin macet.
Saya yang pakai baju putih rok hitam naik ojek supaya sempat sampai. Tapi, persis di depan halte bis, motor kami ditabrak mobil dari belakang gara-gara supir kaget dihadang pedemo untuk putar balik.
Saya duduk serong dan tidak pakai helm terpental ke belakang dan kepala membentur keras aspal. Orang banyak teriak histeris. Seorang bapak tua berlari dekati saya.
"Kamu ingat nama kamu dan orang tua? Alamat dan nomor telepon rumah, ingat? Meski kamu terlihat tidak apa-apa, tapi luka dalam yang tak kelihatan itu sangat bahaya. Kamu cepat ke dalam. Di sana ada dokter jaga anak ospek dan dia pasti tahu harus berbuat apa."
Bapak itu memarahi pendemo dan mengancam bila sesuatu yang buruk terjadi pada saya, maka semua pendemo hari ini dipastikan dikeluarkan dari kampus. Pintu pun dipaksa buka supaya saya beserta mobil penabrak bisa masuk.
Di dalam mobil saya menyesali diri lulus ujian masuk kampus ini. Sepertinya keputusan ikut ujian masuk universitas negeri ini adalah kesalahan besar. Hari pertama sudah sial begini.
Dokter jaga terpesona melihat saya luar biasa sehat tapi penjelasan si penabrak sangat mengerikan.Â