Nadia pun mencoba bergaul, sembar memperhatikan guru mengajinya menjelaskan. Tetapi tetap saja, rasa kantuk mulai menguasainya.
Apalagi sang guru menjelaskan tentang pentingnya puasa dan tata cara latihan puasa sejak dini. "Tetapi misalnya anak-anak lupa dan tidak sengaja makan dan minum ketika puasa, maka kalian tidak berdosa."
Kalimat itu menjadi kalimat terakhir yang didengarkan oleh gadis yang mengenakan hijab pink itu. Sedari tadi dia sudah menahan hawa menguap nya dan berusaha untuk fokus.
Ya, waktu sudah menunjukkan pukul tiga, pastinya aura aura kantuk sudah mulai menyelimuti tubuh gadis mungil itu.
Teriknya matahari berbanding terbalik dengan angin semilir AC di langgar itu membuat Nadia semakin ingin merebahkan tubuhnya di karpet hangat itu. Tetapi ia sadar, tak mungkin dirinya dengan enak mengesahkan posisi uenak di Rumah Allah.
"Aku tak akan menyerah! " Ujarnya sambil mendelikkan matanya.
Tak lama kemudian, belum pun berbunyi. Nadia adalah orang pertama yang bergegas pulang, tanpa mempedulikan teman-teman dan langsung menyalim tangan gurunya.
"Ingat Nadia. Flexing kesopanan di depan guru. Malu nanti kalau dighibahin emak."
Bak Usain Bolt, Nadia pun melangkahkan kakinya dengan cepat. Sosok kasur yang melambai-lambai sudah mulai berkutat di pikirannya. Belum lagi, sejuknya udara AC yang hendak memanjakan tubuhnya.
Nadia seperti berkompetisi dengan rasa kantuk. Siapa yang berpeluang untuk mencapai garis finish.
Setelah lama berdebat dengan diri sendiri, akhirnya perempuan itu sampai tujuan dengan selamat. Ia pun mengucap salam dan langsung bergegas ke kamarnya. "Assalamu'alaikum aku pulang. "