Setiap ramadan memiliki cerita. Cerita itu memiliki makna yang bisa memberikan kehangatan. Ada gelak tawa di setiap kisah yang dibawakan.Â
Mungkin sebuah cerita kecil ini bisa mengantarkan senyuman kepada siapapun yang membacanya. Atau bisa jadi humor adalah persepsi bagaimana kita memahami suatu cerita.
Siang itu panas matahari yang terik hampir mematahkan semangat seorang anak yang sedari tadi melihat ke arah jendela.
"Ada apa nak? Mengapa kamu melihat ke jendela terus? Apakah ada sesuatu disana? "
Anak itu pun menjawab. "Aku sedang memantau perkembangan cuaca ma."
Ibunya hanya tersenyum geli dan mengelus kepala anak pertamanya itu.
Nadia, itu namanya. "Nadia, Nadia. Memangnya kamu pembawa berita apa? Kok pakai memantau perkembangan segala."
Perempuan itu hanya mengabaikan dan tetap melihat kesana. Sesekali pandangannya beralih ke berbagai sisi.
Melihat si anak yang hanya terpaku, si ibu langsung menyadari sesuatu. "Oh iya, hari ini sinar matahari menyengat sekali ya."
"Jadi apakah kamu akan pergi mengaji hari ini?"
Perempuan yang gemar mengenakan bando itu menghela napas. "Kalau panasnya seperti ini, mana mungkin aku keluar. Cuaca memang pandai membuatku tambah malas, " Kelakar perempuan itu.
Si ibu menahan tawa dan mencoba untuk tersenyum. "Loh kok yang disalahkan cuacanya. Padahal berangkat atau tidak, semua itu ya keputusanmu."
"Tapi keputusan bisa dipengaruhi beberapa hal bu. Misalnya cuaca. Nah cuaca, itu faktor utama loh bu. Artinya semua bisa berubah."