Sang ibu langsung menggelengkan kepala. "Jadi kamu milih mana? Mau hujan atau panas seperti ini?"
Anak itu langsung menjawab singkat sembari memainkan rambutnya. "Tidak dua-duanya."
Sang ibu hanya meratap dengan sendu. "Ayolah, Nad. Ibu sudah membayar full untuk bulan ini loh. Ibu juga sudah flexing ke ibu guru, kalau kamu adalah murid yang taat, patuh dan mudah bergaul loh."
"Kalau puasa lalu tidak mengaji, sayang loh. Pahalanya besar. Apalagi puasa pertama loh sayang, " ujar sang ibu yang membanggakan anaknya karena di usianya yg belia, Nadia memberanikan diri untuk puasa full time.Â
Berbeda dengan teman-teman nya yang memilh puasa setengah hari, yang dianggap sebagai puasa intern.
Nadia hanya berkata dalam batin. "Salah sendiri flexing, ga bilang2. Kalau saja ibu tidak melakukan usaha lebih, kan saya tidak akan repot."
"Kalau begini, saya jadi usaha extra untuk menyenangkan hati mereka."
Tak lama, sang bunda memberikan penawaran. "Oh ya Nad. Bagaimana kalau begini. Kamu mengaji, nanti ibu siapkan Semangka untuk berbuka puasa."
"Nanti kamu bisa makan sepuasnya deh."
Gadis cilik itu langsung mengiyakan ajakan sang ibunda, walau keinginannya tak senada. Dengan berat hati, perempuan itu melangkahkan kakinya, menuju langgar terdekat.
Disana ia menemui guru yang dikatakan oleh ibundanya. Bak sebuah automatic disk, kilasan ucapan ibunya berputar dan mengingatkannya.