Mohon tunggu...
Kartika aditya
Kartika aditya Mohon Tunggu... -

Sebuah kata terhebat yang dapat membangkitkan seseorang dari keterpurukan adalah "semangat!"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karena Aku Tahu

29 Juli 2014   19:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:55 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hai Rhein." Sapa Vanno mengangkat tangan. Aku diam tanpa ekspresi, kemudian aku menarik secarik kertas dari sakuku, surat Tristan. Aku memberikan surat itu pada Vanno. "Ini...apa?"ia bertanya sambil membukannya. Seperti yang kuperkirakan, sikap Vanno berubah sama seperti saat pertama aku menerima surat itu.

"Rhein." Suaranya bergetar, ia menatapku dan matanya bearir.

"Aku menerimanya tiga hari yang lalu." Kataku menahan tangis, namun aku tahu bahwa air mataku nantinya akan tumpah. Aku mengatakan semuanya... "Tadi pagi seorang perempuan datang kerumahku, ia bertanya apakah aku adalah orang yang dimaksud dalam surat itu. Aku menjawab 'Ya.' Ia mengakui bahwa ia menerima surat itu dari Tristan sejak satu tahun yang lalu. Kamu tahu, dengan mata siapa kamu bisa melihat saat ini? Tak pernahkah berniat untuk mencari tahu?" air mataku tumpah dan aku menangis.

"Rhein." Dia hanya menangis dan mengucapkan namaku.

"Apa setidaknya kamu pernah bertanya dimana Tristan?" suaraku meninggi.

"Rhein."

"Berhenti menyebut namaku dan pergilah!?" aku berteriak. "Lupakan bahwa kita pernah saling mengenal, lupakan bahwa kamu pernah mencintaiku. Maka aku akan melupakan apa yang telah ayahmu lakukan terhadapku dan keluargaku.."

"Rhein... maafin aku...." Dia menagis tersendu-sendu.

Aku meraih tangannya, menggenggamnya dan tersenyum dalam tangis. "Tak apa, Kamu akan mencintai orang yang lebih baik dariku. Aku tak ingin membenci keluargamu karena aku menyayangimu dan Tristan. Lupakan bahwa ayahmu pernah membunuh adikku, memberi suap pada ibuku agar memasukan aku kerumah sakit jiwa. Kamu...jangan pernah merasa bersalah seperti yang kakakmu lakukan-"

"Jangan lihat kebelakang dan pergilah, jangan temui aku dan teruslah bahagia." Aku melepaskan tangannya, lalu pergi.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun