Di Jepang, misalnya, budaya kerja karoshi (kematian karena kerja berlebihan) menjadi peringatan serius. Sementara di Amerika Serikat, survei dari National Institute of Mental Health menunjukkan bahwa hampir 19% orang dewasa mengalami kecemasan setiap tahun, dan sebagian besar tidak terdiagnosis.
Teknologi juga memperburuk keadaan. Dengan media sosial, tekanan untuk selalu "tampil baik-baik saja" meningkat. Unggahan yang menunjukkan keberhasilan, kebahagiaan, atau produktivitas sering kali menjadi tolok ukur yang tidak realistis.
Mengapa Ini Penting untuk Dibicarakan?
Ketika kita memahami bahwa seseorang bisa terlihat baik-baik saja tetapi sebenarnya tidak, kita mulai memandang manusia dengan lebih banyak empati.Â
Kita belajar bahwa kesuksesan yang terlihat mungkin hanyalah sebuah ilusi. Kita juga diingatkan bahwa hidup tidak melulu soal pencapaian, tetapi juga soal merawat diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita.
High-functioning anxiety mengajarkan kita untuk tidak menilai buku dari sampulnya. Jangan hanya bertanya, "Bagaimana kabarmu?" tetapi tambahkan, "Benarkah kamu baik-baik saja?"Â
Sebab, terkadang orang yang paling membutuhkan bantuan adalah mereka yang paling keras berusaha terlihat tidak membutuhkan apa-apa. "Menjadi baik-baik saja" bukanlah tentang pencapaian atau topeng sosial, tetapi tentang berdamai dengan diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H