Sekarang para bikcek Plembang demam hampers. Jadi segala jenis kue ini dikemas dengan kemasan custom. Gampang, kan ada canva buat desain cetak di seputaran 18 ilir banyak . Sesuaikan saja dengan kebutuhan, mau bagus, cepat atau murah. Gak bisa ketiganya. Ini bisnis!.
Suatu hari, Bikcik keki bermaksud mengadakan buka bersama di masjid dekat rumah. Karena Bikcik Keki tukang Ulo nomor wahid se-Plembang anget. Jelas dia gak mau keluar modal sendiri dong.
Harus yang terbaik, ini urusan transaksi dengan Tuhan. Pertimbangan akhirat loh.
Bikcik mengumpulkan tetangga-tetangganya.
"Lur, kito nih nak buat buko besamo di masjid. Sedekah memberi makan orang berpuasa itu sama pahalanya dengan orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa. Nah cocok itu untuk nebus duso kau Pe'i yang galak (mau/suka-Pen) bayem. Batal diem-diem" , Bikcik Keki membuka rapat terbatas itu.
"Eh...jangan salahke kamek e, salahke Mang Ripin buka tanpa beber, jadi aku tuh nak negor. Cuma ditawarinyo. Laju bae aku" sahut Pe'i geram. Ia mengumpat dalam hatinya kenapa perempuan satu ini tahu saja ulahnya. Padahal sejak awal ramadan Pe'i tak lepas gamis dan kopiah haji plus celana cingkrang.
"Dem... Pe'i, kau kan lah seraso ayib nian e, lah sering bayem. Jadi bawake nasi mandhi e"sambung Bikcik Keki.
"Ai kecik bacoannyo (istilah untuk menyebutkan hal yang sangat gampang) kalo cuma nasi mandi, besok ceto (pasti) ado"sahut Pe'i semangat.
"Saya mah orang baru di sini, sebaiknya teh bawa apa ya, Teh Bikcik?"tanpa Babibu Teh Anik, tetangga baru menyahut.
"Sekalian sedekahan pindah rumah, nasi minyak" sahut Bikcik Keki dengan nada flat.
"Siaaaap" sahut Teh Anik dengan logat khasnya.