Mohon tunggu...
Kartika Kariono
Kartika Kariono Mohon Tunggu... Pengacara - Ibu Rumah Tangga

Mengalir mengikuti kata hati dan buah pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bikcik Keki, Si Tukang Ulo

12 April 2023   22:03 Diperbarui: 12 April 2023   22:06 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber :Avatar Facebook

Bikcik Keki adalah seorang pengusaha palugada (apa aja lu mau gua ada). Sebenarnya Bikcik cuma modal cuap-cuap atau ngecap (promosi bahwa produk atau layanannya yang terbaik) saja. Wong Plembang menyebutnya tukang ulo.

Bukan, Bikcik keki sama sekali tidak menjual ular. Kalau menggunakan istilah tengkulak sepertinya terlalu kasar karena peyorasi dari kata tengkulak.

Sebut saja ia makelar, apa saja dapat yang dapat dimakelarinnya ia jajakan. 

Dari Tanah, rumah, kendaraan bermotor bahkan kue-kue jajan pasarpun dapat dimakelarin oleh Bikcik Keki. Bahkan bisnis makelar Bikcik keki sampai ke platform online, orang-orang menyebutnya dropshipper.

Btw, kalau ada yang sering lihat Bikcik keki sering nongkrong di Pengadilan Negeri Palembang. Jangan salah sangka, dia bukan makelar kasus.

Biasanya sih dia cari lokak (peluang usaha) berupa barang yang akan disita dan dilelang gitu loh atau orang-orang yang sangat butuh dana karena keluarganya jadi pesakitan adalah target Bikcik untuk dimakelarin. Kayaknya level Bikcik Keki gak sampe jadi markus alias makelar kasus apalagi berani-beraninya money laundering.

Menjelang lebaran bikcik paling sibuk sebagai tukang ulo berbagai jenis kue lebaran. Dari kue kering sampai juada basah yang lapisannya ratusan. Dari resep bari (kuno), premium sampai ekonomis dia ada. Kemplang dari getas, goreng sampe oven dia sedia.

Kemplang iwak sungi tunu dari Hollywood a.k.a Kayu Agung, oh siap. 

Apalagi sekadar dodol duren dari Tebing Grinting. Mau berapa kilo?.

Ayam kampung buat opor, bebek serati buat gulai pedas, daging sapi buat malbi, kambing buat kari bahkan sampai ketupat pun dia sedia. Apalagi Udang laut dari Sungsang. Mau berapa ton tinggal pesan.

Pempek dengan berbagai jenis turunannya, dari harga 800 sampe 20.000 sebiji dia sedia.

Soal bayar? gampang kok.

Sejak selesai lebaran haji hingga bulan ruwah biasanya para ibu-ibu tiap minggu sudah arisan lebaran. Ya saling tolong menolonglah. Bikcik keki akan menghimpun dana arisan lebaran yang ternyata jika dihitung total nasabahnya dari 18 kecamatan dan 107 kelurahan di Palembang jumlahnya puluhan ribu. Belum lagi dari area Palembang coret yang gak mau kalah gengsi dengan wong kota.

Lumayan putaran duitnya untuk menjalankan usaha koperasi berjalannya yang membantu para pedagang kecil setiap harinya.

Hei...jangan menuduh bank gelap dong, Bikcik keki hanya menjalankan prinsip koperasi. Jangan asal tuduh ya.

Prinsip usaha Bikcik Keki adalah pantang mengeluarkan modal, dia cukup modal mulut tetapi dapat menaikkan kapital. Bukan saja kapital uang tetapi juga kapital sosial.

Kalo hanya sekadar untuk menjadi anggota legislatif tingkat kota dan provinsi. Cukuplah menitipkan nama dan serangan fajar ke Bikcik Keki. Semua dapil dia kuasai kok.

Jika Bikcik Keki gak mencalonkan diri? oh... itu melanggar prinsip hidupnya.

Jadi caleg akan mengeluarkan modal sendiri, sedikit banyak. Gak ada sponsor yang rela bener-bener total sponsori.

Bikcik Keki orangnya gendut, berkaca mata tebal, kalo tertawa menggelegar, kalo ngomong temponya sangat cepat. Kadang-kadang gagap tapi gayanya sok tahu semua hal. Selalu ceria dan kocak, tapi mulutnya tajem. Kalo sudah kena kato Bikcik Keki, balak 12 lah itu.

Ramadan, segala kegiatan koperasi berjalan dihentikan. Karena Bikcik perlu mengkonstrasikan anak buahnya bergerilya antre di produsen kue kering di jalan Sianjur, atau belanja kue-kue basah, pempek, dan kemplang di daerah sebrang ulu.

Sekarang para bikcek Plembang demam hampers. Jadi segala jenis kue ini dikemas dengan kemasan custom. Gampang, kan ada canva buat desain cetak di seputaran 18 ilir banyak . Sesuaikan saja dengan kebutuhan, mau bagus, cepat atau murah. Gak bisa ketiganya. Ini bisnis!.

Suatu hari, Bikcik keki bermaksud mengadakan buka bersama di masjid dekat rumah. Karena Bikcik Keki tukang Ulo nomor wahid se-Plembang anget. Jelas dia gak mau keluar modal sendiri dong.

Harus yang terbaik, ini urusan transaksi dengan Tuhan. Pertimbangan akhirat loh.

Bikcik mengumpulkan tetangga-tetangganya.

"Lur, kito nih nak buat buko besamo di masjid. Sedekah memberi makan orang berpuasa itu sama pahalanya dengan orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa. Nah cocok itu untuk nebus duso kau Pe'i yang galak (mau/suka-Pen) bayem. Batal diem-diem" , Bikcik Keki membuka rapat terbatas itu.

"Eh...jangan salahke kamek e, salahke Mang Ripin buka tanpa beber, jadi aku tuh nak negor. Cuma ditawarinyo. Laju bae aku" sahut Pe'i geram. Ia mengumpat dalam hatinya kenapa perempuan satu ini tahu saja ulahnya. Padahal sejak awal ramadan Pe'i tak lepas gamis dan kopiah haji plus celana cingkrang.

"Dem... Pe'i, kau kan lah seraso ayib nian e, lah sering bayem. Jadi bawake nasi mandhi e"sambung Bikcik Keki.

"Ai kecik bacoannyo (istilah untuk menyebutkan hal yang sangat gampang) kalo cuma nasi mandi, besok ceto (pasti) ado"sahut Pe'i semangat.

"Saya mah orang baru di sini, sebaiknya teh bawa apa ya, Teh Bikcik?"tanpa Babibu Teh Anik, tetangga baru menyahut.

"Sekalian sedekahan pindah rumah, nasi minyak" sahut Bikcik Keki dengan nada flat.

"Siaaaap" sahut Teh Anik dengan logat khasnya.

"Ojan, woi...kareno awak anak kos. Cukup bawa srikayo bae, berbukalah dengan yang manis"sambung Bikcik Keki.

Disambut Ojan dengan anggukan lemah. Mau nolak, dia kuatir kehilangan pekerjaan sebagai collector . Pekerjaan membaggakan keluarganya karena keren seperti di sinetron India Tapasya.

"Bik Ica, dadar jiwo, Cek Mala Peler Kambing untuk, Nah Mang Benu bawa Jando Beraes bae. Jadilah kukiro. Gek aku yang ngatur tempat di masjid dan hubungi Ustadz Aidil untuk kultum sebelum buko".

Semua setuju saja, daripada kena sleding Bikcik Keki, runyam urusannya.

Hingga di waktu yang telah ditentukan, masjid telah disiapkan plus jemaah pengajian juga sudah datang. Bikcik Keki tentu tidak menyia-nyiakan talentanya public speakingnya untuk menjadi mc acara tersebut sekaligus mempromosikan dagangannya untuk lebaran, dengan tester dari produsen tentunya.

Cek Gaia menunjuk tangan bertanya "Cek...kareno aku dak ikut arisan, boleh dak ngutang dulu. Lah lamo bekawan kito nih".

Bikcik Keki agak kebingungan, karena tentu tidak dapat seperti itu. Karena ia tidak pernah keluar modal, mengutangi artinya keluar modal.

"Apolah yang dak pacak buat Cek Gaia paling belagak" sahut Bikcik Keki sambil mencoba mencari alasan menolak. Lalu Bikcik Keki terbelalak melihat Cek Gaia mengunyah salah satu testernya.

"Cek, dak puaso. Masih berapo menit lagi buko. Ustadz Aidil bae belum kasih kultum"protes Bikcik Keki.

"Oh...ado uzur aku ini Cek, dak sempet sahur tadi"sahut Cek Gaia malu-malu.

"Oi, bukan uzur itu"Sahut Bikcik Keki.

"Ai kubayar jugo, sekalian dengen utang-utang puaso sebelumnyo abis lebaran gek" sahut Cek Gaia lantang.

"Ai dak pacak  mun cak itu aku ngutangi Cek. Utang samo Tuhan bae ditunda-tunda apolagi utang samo aku"jawab Bikcik  ketus, yang disambut muka masam Cek Gaia.

Kultum dan pengajian berjalan dengan lancar, hingga saat hidangan akan disajikan, Bikcik Keki terbelalak.

"Pe'i...................apo dio ini, nasi putih bae, basah nian pulo" teriak Bikcik Keki menggelegar.

"Lah, uji Bikcik nasi mandi, jadi abis kumasak tadi kusiram banyu lagi. Selera awak (anda) ini aneh"sahut Pe'i dengan wajah tanpa dosa.

Belum hilang shocknya Bikcik Keki emlihat ke wadah lainnya "Apo dio ini The Yani, nasinyo mengkilat nian".

The Yanidengan bengong menjawab "Lah... The Bikcik teh yang minta nasi minyak, kumaha?".

"Cacam... alangkenyo...."rapat Bikcik Keki.

Ia memandangi lagi meja dan melihat buah srikaya yang belum masak bertumpuk dalam sebuah keranjang. Dasar Ojan, ha ha yang dimaksud Bikcik Keki Srikaya yang terbuat dari santan dan telur yang dikukus bukan buah srikaya.

"Jangan sampe Cek Mala salah bawa pulo" ucap Bikcik Keki dengan nada gemetar tak  dapat membayangkan kalua apa yang dibenaknya ada di atas meja.

"Nah itu dio Cek, dak nemu aku peler kambing bagus. Jadi kubawake bae buah rengas'sahut Cek Mala sambal menunjuk makanan berupa pisang yang ditimbung halus dan dicampur dengan tepung dan digoreng higga kecoklatan.

"Mano, godo-godo pisang itu, katek-katek (gak mungkin) buah rengas'Sahut Mang Benu.

"Samo bae itu Mang Benu, Godo-godo pisang, buah rengas,peler kambing"Bikcik  Keki sewot.

"Nah mano jando beraesnyo.Mang Benu"sambung Bikcik Keki.

"Sebentar, ini nah si Marpuah, baru bae ditalak lakinyo  Kamu tula yang ngerewangi ngurusnyo di Jakabaring waktu tuh kan. Saro nyari salon buka ba'da Ashar,Cik. Ngapo nak kau paduke dengen Ustadz Aidil apo?"sambung Mang Benu cengar-cengir.

"Astaghfirullah Cik, dak bebentuk aku balek agek lantak nyonya tau dipaduke dengen Marpuah" sahut Ustadz Aidil yang tertunduk lesu.

"Yo sudah, samo aku bae yo, galak dak Puah" sahut Mang Benu.

"Mang, nak bebuko kito nih, Bukan aku nak buka layanan muncikari"sahut Bikcik Keki yang makin kesal dan menahan malu  dari pandangan ustadz Aidil dan para Jemaah yang berbuka buah srikaya dan buah rengas.

Bikcik baru sadar kalo ada satu makanan yang kurang, dadar jiwo yang menjadi tugas Bik Ica.

"Anu, Ki. Aku tuh dak sanggup.  Biarkanlah jiwa-jiwa  tenang menjalankan ibadan  selama di bulan Ramadan. Kok kito kucak (ganggu)  didadar pulo"sahut Bik Ica dengan senyum paling manis.

-------------------------------------------------------------

Sebagian menggunakan Bahasa Palembang, jika ada yang penasaran translatenya apa. Silakan tulis di komen ya.

Cerita ini hanya fiksi, kesamaan nama,tempat,dan kejadian adalah hal yang bukan sengaja direkayasa. Karena kisah ini absurd sepertinya agak mustahil terjadi di keseharian Palembang.

Selamat berpuasa dengan bahagia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun