Mereka  pun menceritakan bagaimana latar belakang kehidupan mereka termasuk  penyebab mereka menjadi ODHA yang memang jauh  berbeda satu sama lain.Â
Satu pertanyaan yang sama  ditujukan kepada mereka "apa yang mereka rasakan ketika pertama kali mengetahui mereka positif HIV?". Jawaban mereka senada, mereka frustasi dan merasakan seperti akhir dunia, namun dengan berjalannya waktu mereka berjuang untuk survive, melalui terapi Antiretroviral (ARV) yang sangat disiplin minum obat setiap 12 jam.Â
Menurut mereka, mereka masih beruntung, karena keluarga mereka memberikan dukungan kepada mereka untuk berjuang penyembuhan penyakit mereka, karena di luar sana tidak sedikit ODHA dibuang oleh keluarga mereka. Karena itu mereka tidak hanya berbuat untuk diri sendiri, mereka menolong sesama ODHA serta mereka mengambil sebuah langkah besar yang sangat berani, menyuarakan hak-hak mereka sebagai manusia, hanya mereka ODHA. Â
Mereka tetap dapat beraktifitas bahkan berbisnis, juga berumah tangga. Mbak Ayu bahkan menikah dengan bukan ODHA dan sempat menjalani program memiliki anak , meski Tuhan berkehendak lain, belum menitipkan kepada Mbak Ayu dan pasangan karena gangguan paru-paru, tetapi dapat dipastikan bahwa si baby terbebas dari penularan HIV. Mas Antonio malah lebih keren lagi, ia pengantin baru menikah dengan istrinya tepat di tanggal 1 Desember 2017, di hari AIDS sedunia.
Bahkan sebagai ODHA tidak mau disebut sebagai penderita HIV/AIDS. Karena HIV/AIDS bukan sebuah penderitaan, dan HIV/AIDS tidak menghilangkan jati diri mereka sebagai manusia. Mereka hanya perlu bertahan dan melawan penyakit mereka dengan pengobatan.
Jadi ketika ada manusia lain yang memperlakukan mereka bukan sebagai manusia, memberi stigma buruk bahkan memfitnah, apakah dibenarkan  kita hanya diam?.
Persoalan HIV/AIDS saat ini menjadi persoalan yang cukup serius,  tercatat di kementrian kesehatan bahwa total kasus HIV di Indonesia s/d Maret 2017 sebanyak 242.699 kasus, artinya sekitar 40 ribuan kasus ditemukan per tahun atau lebih  kurang 110 kasus perhari. Â
Berdasarkan pola transmisinya 0,6 % bisex, 3,0 % Perinatal,0,3 % Transfusi, 10,5 % IDU, 13.5 % Tidak diketahui, 4,9 % homosex dan 67,8 % heterosex.Â
Dijelaskan lebih jauh oleh Dr. Endang  Budi Hastuti (Kasubdit HIV AIDS dan PIMS Kementrian Kesehatan) dalam acara temu blogger tersebut, bahwa Pemerintah berupaya keras untuk menanggulangi laju kasus HIV/AIDS dengan Kebijakan dan Strategi Pencegahan dan Pengendalain HIV AID dan PIM melalui Permenkes No.21 Tahun 2013 Tentang Penanggulangan HIV/AIDS dengan 3 Zero di Tahun 2030 (Zero new HIV Infection, Zero AIDS  related Death, Zero Discrimination)
Untuk mencapainya telah disusun strategi TOP 90-90-90 , T (Temukan: 90 % ODHA mengetahui Status HIVnya)  O(Obati, : 90 % ODHA yang tahu status  mendapat ARV), P( Pertahankan:, 90 % ODHA on ART mengalami supresi VL/Penekanan jumlah virus)