Kedekatan ini membuat masyarakat lokal tertarik untuk mempelajari ajaran Islam yang dibawa oleh para pedagang, yang dipandang membawa keberuntungan ekonomi (Hamka, 2019). Hal ini sejalan dengan pendapat beberapa peneliti bahwa perdagangan adalah salah satu jalur efektif penyebaran Islam di kepulauan Nusantara (Azra, 2021).
Selain perdagangan, hubungan antarpulau juga berperan penting dalam penyebaran Islam. Proses Islamisasi di Sulawesi dipengaruhi oleh pusat-pusat kekuatan Islam di Malaka dan Jawa. Hubungan erat antara para pemimpin lokal Sulawesi dan kerajaan-kerajaan Muslim lainnya, seperti Kesultanan Gowa yang terinspirasi dari Malaka, mempercepat penyebaran Islam.Â
Komunikasi antarkerajaan yang bersifat diplomatik dan persahabatan turut memperkuat peran perdagangan dalam proses penyebaran Islam ini (Al-Attas, 2018). Dengan demikian, Islamisasi di Sulawesi menjadi bagian dari gerakan Islamisasi yang lebih luas di Nusantara.
2. Peran Para Dai atau Mubaligh dalam Islamisasi
Selain perdagangan, para dai atau mubaligh juga memiliki peran sentral dalam penyebaran Islam di Sulawesi. Mereka tidak hanya membawa ajaran agama, tetapi juga nilai-nilai dan budaya Islam yang baru bagi masyarakat lokal. Dai-dai seperti Dato' Ri Bandang, Dato' Ri Tiro, dan Dato' Ri Pattimang terkenal sebagai penyebar Islam yang berdakwah secara langsung kepada penduduk lokal, bahkan kepada penguasa-penguasa kerajaan di Sulawesi.Â
Keberhasilan para dai ini dalam mengislamkan para raja menjadi kunci utama dalam mempercepat penyebaran Islam, karena masyarakat setempat cenderung mengikuti keyakinan yang dianut oleh pemimpinnya (Azra, 2021).
Para mubaligh juga memainkan peran penting dalam memperkenalkan konsep-konsep Islam yang dapat diterima oleh masyarakat lokal dengan pendekatan yang akomodatif terhadap tradisi setempat. Pendekatan ini memungkinkan Islam untuk diterima secara lebih mudah karena disampaikan dengan cara yang dekat dengan budaya lokal.Â
Hal ini juga sesuai dengan pandangan para sejarawan bahwa dakwah yang dilakukan secara persuasif dan akomodatif terbukti lebih efektif dalam Islamisasi di wilayah-wilayah Nusantara, termasuk Sulawesi (Hamka, 2019). Dengan memanfaatkan strategi dakwah yang inklusif, para dai berhasil menjadikan Islam sebagai agama yang diterima luas oleh berbagai lapisan masyarakat.
Selain itu, para mubaligh juga membawa ajaran tentang kesetaraan dan keadilan dalam Islam, yang menarik perhatian masyarakat lokal. Nilai-nilai Islam yang memperhatikan keadilan sosial dan kepedulian terhadap sesama dianggap relevan dengan kebutuhan masyarakat Sulawesi pada masa itu. Hal ini mendorong masyarakat untuk beralih kepada Islam sebagai agama yang mengajarkan kebaikan bagi individu dan komunitas.Â
Strategi ini telah lama dianggap sebagai salah satu faktor penting dalam keberhasilan penyebaran Islam di Nusantara, termasuk di Sulawesi (Andaya, 2016). Dengan demikian, peran para mubaligh tidak hanya sebagai pembawa ajaran agama, tetapi juga sebagai agen perubahan sosial di tengah masyarakat.
B. Kerajaan yang Mempengaruhi Penyebaran Islam