Jika mencermati artikel terpopular, pilihan editor, atau malah artikel utama maka saya akan akan merasa hilang keberanian untuk kembali menayangkan artikel di Kompasiana ini.
Belum lagi berkurangnya atau malah hilangnya kepercayaan diri untuk kemampuan menulis apalagi tulisan yang dihasilkan masih belum naik level jika dilihat dari berbagai sisi karena artikel yang dihasilkan masih begitu-begitu saja.
Lama-lama tahapan bosan akan menghinggapi disebabkan karena tahapan kesulitan dengan hilangnya keberanian dan kurangnya kepercayaan diri berputar-putar dan jadi bumerang dengan tidak produktif dalam menulis.
Lagi-lagi saya menemukan penyebab kesulitan adalah penyembuhnya sekaligus.
Ternyata jalan keluar atau penyembuhnya untuk menyelesaikan masalah ini adalah TETAP MENULIS.
Menulis menjadi jalan pemecahan untuk melalui kesulitan hilangnya keberanian dan percaya diri dalam menghasilkan sebuah tulisan, disadari atau tidak kegiatan menulis selalu berhasil menjadi cara dalam mengatasinya.
You will feel discouraged, you will lose confidence in your abilitires, you will be bored with the character, and the only way to overcome these obtacles is to write your way throught them. And writing always works. (John Dufresne)
Secara umum selain masalah berkurangnya keberanian dan percaya diri dalam menulis ada beberapa kesulitan yang dihadapi penulis (pemula). Jika penulis (pemula) bisa melaluinya maka proses penjejakan kepenulisan akan terus membaik dan menjadi kokoh.Â
Diantara kesulitan yang biasa penulis (pemula) hadapi adalah :
 1. Writer's block.
Saya pernah menuliskan artikel tentang writer's block beberapa waktu lalu. Tahapan yang tidak menyenangkan bagi seorang penulis (pemula) seperti saya.
 2. Writing anxiety.
Istilah writing anxiety ini baru saya tahu yang ternyata bersama writer's block menjadi salah satu hambatan dalam proses menulis yang tergolong ke dalam perasaan negatif -- saya membahasakan sebagai hantu diri -- yang tidak jarang menghinggapi para penulis (pemula).
Setiap penulis memiliki perbedaan saat kondisi writing anxiety ini muncul.Â
Writing anxiety ini tidak hanya dialami oleh penulis pemula bahkan penulis yang sudah mumpuni dan profesianal sekalipun akan mengalaminya.
Bisa jadi penyebab yang menjadi pencetus writing anxiety adalah perbedaan gaya dalam menuangkan bahasan dalam sebuah tulisan, pemilihan kategori baru artikel yang artinya menulis artikel di luar zona nyaman.
Menulis di platform dimana pembacanya adalah para kritikus yang pedas tidak jarang menjatuhkan mental karena tidak semua penulis bisa bermental baja dengan tidak baperan kalau tulisannya dikritik.
Deadline apalagi dengan banyak persyaratan yang harus diikuti bisa menjadi pencetus lain untuk writing anxiety.Â
Pemecahan masalahnya bisa dengan support yang diberikan terutama dari penulis lain, bisa mengidentifikasi kelebihan gaya menulis yang sudah pasti tiap penulis memiliki keunikan tertentu, menyadari bahwa proses menulis adalah sesuatu yang kompleks, mencari strategi baru saat macet dalam menulis, serta pemecahan yang lain yang tiap penulis memiliki caranya sendiri.
 3. Procrastination.
Penundaan dalam menuangkan ide dan memulai menulis menjadi salah satu yang sering terjadi dan saya lakukan.
Salah satu jalan keluarnya -- walau belum tentu cocok, disukai, disetujui oleh semua penulis -- adalah mengikuti grup kepenulisan yang akan mendorong penulis (pemula) untuk tidak menunda menghasilkan sebuah tulisan.
4. Lack of confidence.Â
Salah satu untuk meningkatkan kepercayaan diri menulis agar tidak terjadi hambatan kepercayaan diri diantaranya jangan berhenti untuk belajar dan mencari tahu tentang menulis.
Menulislah setiap hari -- yang masih gagal saya lakukan -- agar selalu terasah prosea dalam menulis, mencari seseorang yang bisa memberikan pengarahan dalam menulis, dan membaca diantara tips yang yang bisa digunakan untuk memerangi hambatan kepercayaan diri.
Setelah membaca dan menulis maka langkah selanjutnya adalah menayangkan tulisan/artikel yang telah dihasilkan.Â
Jika tahapan sederhana ini yaitu membaca, menulis, menayangkan artikel sudah biasa dilakukan maka hambatan kepercayaan diri sudah bisa dihadapi.
 5. Lack of productivity.
Saya mendapatkan tips diantara beberapa tips agar penulis menjadi produktif dan buat saya adalah tips yang unik adalah jangan melakukan kegiatan multitasking. Fokus saat menulis akan meningkatkan produktifitas dalam menulis.
Selain jangan multitasking hal lain yang dapat dilakukan adalah melakukan pencarian terlebih dahulu tentang apa yang akan dituliskan menjadi tips yang lain agar produktif. Tahapan ini yang membuat saya suka lama hanya untuk membuat satu artikel saja.
Tahapan pencarian bahan untuk membuat artikel buat saya sangat diperlukan karena memang merasa masih banyak yang tidak saya ketahui alias kurang ilmu.Â
Walau nanti setelah pencarian dan artikel yang ditayangkan kurang/tidak diminati dengan sedikitnya yang membaca menjadi bentuk lain rintangan bagi penulis (pemula) tetapi setidaknya artikel yang dibuat adalah artikel yang dituliskan dengan kesungguhan dan menjadi bagian benang yang akan menenun proses penjejakan kepenulisan seorang penulis (pemula).
 6. Lack of motivation.
Motivasi menurun bisa disebabkan beberapa hal, diataranya karena kelelahan tentu jika kelelahan yang terjadi maka pemecahannya adalah istirahat.
Harapan yang terlalu tinggi -- terlalu ambisius salah satunya -- bisa juga menjadi bumerang hingga menyebabkan turunnya motivasi dalam menulis.
Pemecahannya -- kalau saya -- menyadari bahwa sesuatu yang besar dibangun oleh hal-hal kecil. Ibaratnya bangunan yang megah dibangun oleh bata kecil yang disusun satu persatu hingga menjadi bangunan yang megah.
Saya sebagai penulis (pemula) harus mau melewati tahapan kepenulisan dengan sabar, perlahan-lahan, bertahap, hingga bisa sampai ke titik penulis yang mumpuni bahkan profesional.
7. Perfectionism.
Ternyata orang yang menginginkan kesempurnaan  tidak hanya akan mendapatkan kesulitan atau rintangan dalam menulis tetapi juga malah bisa sangat membahayakan bagi kualitas seorang penulis.
Bahkan ada ungkapan yang memgatakan bahwa kesempurnaan sangat mematikan karena seperti racun bagi proses menulis.
Salah satu cara menghadapinya adalah tayangkan saja walau artikel yang dihasilkan masih banyak kekurangan -- saya sering merasa malu jika membaca ulang artikel yang sudah ditayangkan -- karena jika sudah ditayangkan toh kita bisa mengedit untuk yang salah, menambahkan bagi yang kurang, jadi yang terpenting tayangkan saja dulu.
No matter what, ingin ajek dan kokoh dalam menulis maka obatnya belajar, membaca, menulis, dan menayangkan.
Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Ahad 17 November 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H