Harapan yang terlalu tinggi -- terlalu ambisius salah satunya -- bisa juga menjadi bumerang hingga menyebabkan turunnya motivasi dalam menulis.
Pemecahannya -- kalau saya -- menyadari bahwa sesuatu yang besar dibangun oleh hal-hal kecil. Ibaratnya bangunan yang megah dibangun oleh bata kecil yang disusun satu persatu hingga menjadi bangunan yang megah.
Saya sebagai penulis (pemula) harus mau melewati tahapan kepenulisan dengan sabar, perlahan-lahan, bertahap, hingga bisa sampai ke titik penulis yang mumpuni bahkan profesional.
7. Perfectionism.
Ternyata orang yang menginginkan kesempurnaan  tidak hanya akan mendapatkan kesulitan atau rintangan dalam menulis tetapi juga malah bisa sangat membahayakan bagi kualitas seorang penulis.
Bahkan ada ungkapan yang memgatakan bahwa kesempurnaan sangat mematikan karena seperti racun bagi proses menulis.
Salah satu cara menghadapinya adalah tayangkan saja walau artikel yang dihasilkan masih banyak kekurangan -- saya sering merasa malu jika membaca ulang artikel yang sudah ditayangkan -- karena jika sudah ditayangkan toh kita bisa mengedit untuk yang salah, menambahkan bagi yang kurang, jadi yang terpenting tayangkan saja dulu.
No matter what, ingin ajek dan kokoh dalam menulis maka obatnya belajar, membaca, menulis, dan menayangkan.
Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Ahad 17 November 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H