Berbeda dengan Toharun, Tamat tenang sekali. Sebab, dia memang hobi membaca buku HPU (Himpunan Pengetahuan Umum).
"Terkhusus soal nama-nama kantor berita, presiden dan perdana menteri, serta bandar-bandar udara seluruh dunia, bolehlah kalau mau dicoba."
Jengkel sekali Bu Norma mendengarnya.
"O, begitu rupanya! Baiklah!" Bu Norma berpikir untuk menemukan pertanyaan yang dapat memukul Tamat.
"Baiklah, ini pertanyaanku, Mat, siapa nama istri diktator Uganda Idi Amin ?"
Senyum tengik Tamat mendadak lenyap. Dia hafal banyak nama pemimpin negara, tetapi tak pernah terpikir akan ada orang yang menanyakan istri mereka. Merosot tubuh Tamat di bangku itu. Meski mencoba berpikir, dia tak tahu jawabannya.
"Tak tahulah aku, Bu. Idi Aminah mungkin ...," jawabnya pelan, tak yakin.
(Novel Ayah, Andrea Hirata)
Seketika saya tertawa cekakan membacanya. Walau cekakannya tidak langsung gaspol, diawal nya saya membayangkan kegemasan Bu Norma pada Tamat yang sok jago saya tertawa tertahan walau bahu sudah terguncang-guncang. Selanjutnya tertawa sudah terdengar suaranya dan pecah cekakan saat Tamat menjawab "... Idi Aminah mungkin...,"
Tulisan di dinding selasar menuju kamar perawatan ternyata benar, bahwa penyembuh untuk pikiran yang ruwet adalah tertawa dan buku itu untuk menajamkan pikiran. Lewat novel Ayah karya Andrea Hirata saya mendapatkan dua keuntungan sekaligus menajamkan pikiran juga menyembuhkan pikiran yang ruwet dengan tertawa. Terbukti saya bisa menulis satu artikel dan bisa menayangkannya.
Satu saat semoga saya bisa mempunyai karya seperti novel "Ayah" Andrea Hirata ini walau masih banyak yang harus saya tambal karena masih banyak pengetahuan yang bolong untuk memantapkan kepenulisan saya. Asal selalu berjalan saya pikir akan sampai ke tempat tujuan kapanpun waktunya.