Mohon tunggu...
Karla Wulaniyati
Karla Wulaniyati Mohon Tunggu... Lainnya - Senang Membaca, (Kadang-kadang) Menulis, Menggambar Pola/Gambar Sederhana

Let the beauty of what you love be what you do (Rumi)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cekakan untuk Menyehatkan Pikiran bersama "Ayah" Andrea Hirata

22 Februari 2019   19:58 Diperbarui: 22 Februari 2019   21:15 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbeda dengan Toharun, Tamat tenang sekali. Sebab, dia memang hobi membaca buku HPU (Himpunan Pengetahuan Umum).

"Terkhusus soal nama-nama kantor berita, presiden dan perdana menteri, serta bandar-bandar udara seluruh dunia, bolehlah kalau mau dicoba."

Jengkel sekali Bu Norma mendengarnya.

"O, begitu rupanya! Baiklah!" Bu Norma berpikir untuk menemukan pertanyaan yang dapat memukul Tamat.

"Baiklah, ini pertanyaanku, Mat, siapa nama istri diktator Uganda Idi Amin ?"

Senyum tengik Tamat mendadak lenyap. Dia hafal banyak nama pemimpin negara, tetapi tak pernah terpikir akan ada orang yang menanyakan istri mereka. Merosot tubuh Tamat di bangku itu. Meski mencoba berpikir, dia tak tahu jawabannya.

"Tak tahulah aku, Bu. Idi Aminah mungkin ...," jawabnya pelan, tak yakin.

(Novel Ayah, Andrea Hirata)

Seketika saya tertawa cekakan membacanya. Walau cekakannya tidak langsung gaspol, diawal nya saya membayangkan kegemasan Bu Norma pada Tamat yang sok jago saya tertawa tertahan walau bahu sudah terguncang-guncang. Selanjutnya tertawa sudah terdengar suaranya dan pecah cekakan saat Tamat menjawab "... Idi Aminah mungkin...,"

Tulisan di dinding selasar menuju kamar perawatan ternyata benar, bahwa penyembuh untuk pikiran yang ruwet adalah tertawa dan buku itu untuk menajamkan pikiran. Lewat novel Ayah karya Andrea Hirata saya mendapatkan dua keuntungan sekaligus menajamkan pikiran juga menyembuhkan pikiran yang ruwet dengan tertawa. Terbukti saya bisa menulis satu artikel dan bisa menayangkannya.

Satu saat semoga saya bisa mempunyai karya seperti novel "Ayah" Andrea Hirata ini walau masih banyak yang harus saya tambal karena masih banyak pengetahuan yang bolong untuk memantapkan kepenulisan saya. Asal selalu berjalan saya pikir akan sampai ke tempat tujuan kapanpun waktunya.

Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Jumat 22 Februari 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun