"Oh silahkan, anak ibu namanya Otto." Aku dibawa bu Coklat menemui anaknya. Lalu dikenalkan padaku, ekspresi wajahnya tidak berubah, diam saja cenderung seperti menahan sakit.
Hari-hari berikutnya hampir setiap hari aku menemui Otto dan menjadi teman yang selalu datang berkunjung untuk menemani dan mengajaknya bermain. Tepatnya aku yang bermain, bercerita apa yang aku temui. Memainkan permainan dihadapannya, heboh sendiri dan tertawa sendiri kalau sedang bercerita hal yang menurutku lucu. Otto tidak bereaksi, tapi aku merasa dia mengerti apa yang aku lakukan.
Suatu hari seperti biasa, pagi aku menemui Otto sebelum aku bermain keluar bersama teman yang lain. Kali ini aku akan menceritakan kejadian lucu kemarin. Seperti biasa aku tertawa sendiri.
"Saat kau sembuh nanti kita main berdua ya." Kataku sambil memeluk Otto. Tetiba aku melihat Otto mengeluarkan air mata. Dari sekian lama aku bermain baru kali ini aku melihat Otto bereaksi walau reaksinya membuatku sedih karena melihat Otto mengeluarkan air mata.
"Besok aku datang lagi ya, sekarang aku pamit dulu, ini mainan untuk menemanimu." Aku berpamitan pada Otto dan memberikan mainan yang aku temukan kemarin saat bermain di luar.
" Timmy." Otto memanggilku. Tentu saja aku kaget karena aku pikir Otto tidak akan mengenaliku. Aku berhenti jalan lalu berputar untuk melihat Otto lagi, kulihat dia tersenyum. Aku kembali menghampiri Otto dan kupeluk sekali lagi.
" Sampai bertemu besok ya teman." Aku pergi pamit. Diantar bu Coklat aku keluar kandangnya.
"Timmy terima kasih karena sudah mau menemani Otto setiap hari. Otto terlihat senang sampai bisa mengenalimu tadi." Kepalaku dielus bu Coklat sebagai tanda sayang, aku pamit pada bu Coklat dan berjanji besok main lagi.
###
Hari masih pagi tapi kandang terdengar gaduh yang membuatku jadi terbangun. Sambil berusaha membuka mata kulihat ibu sudah ada di depanku.
"Ada apa bu ? kenapa gaduh sekali ?" mataku masih sulit kubuka.