Mohon tunggu...
kardianus manfour
kardianus manfour Mohon Tunggu... Editor - belajar mencintai kebijaksanaan hidup

mahasiswa filsafat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Metafisika Gneoseologis Imanuel Kant

14 April 2020   22:14 Diperbarui: 14 April 2020   22:31 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Logika transendental" itu berhubungan dengan pengetahuan a priori sejauh ini merupakan bagian dari intelek. " Estetika transendental", seperti yang telah diuraikan di atas, mempelajari bentuk murni dari sensibilitas sebagai kondisi a priori yang mutlak bagi objek yang diberikan pada manusia melalui intuisi indrawi. Dan, "logika transendental" mempelajari konsep a priori -- intelek sebagai kondisi mutlak bagi objek (data dari indra intuisi) yang dipikirkan. "Logika transendental" inilah, menurut Kant, yang merupakan forma a priori dalam akal budi. Dan bagaimana unsur a priori dalam akal budi ini melakukan tugasnya?

Kant menemukan petunjuk itu dalam fakultas keputusan yang menurutnya adalah sama dengan kekuatan pikiran. Bahwa kegiatan dari intelek tampil dalam putusan. Apa itu keputusan? "Memutuskan" (yang artinya sama dengan memikirkan) adalah kemampuan untuk menyatukan gambaran yang berbeda-beda sehingga memungkinkan terbentuknya  pengetahuan melalui perangkat konsep-konsep. Dalam keputusan, terjadi sintesis antara  data-data indrawi dan unsur-unsur a priori akal budi. Konsep a priori dari intelek itu, oleh Kant, disebut "kategori-kategori". Tanpa sintesis ini, pengetahuan tentang objek itu tidak mungkin. Oleh karena itu, kategori-kategori intelek itu adalah kondisi a priori untuk menghasilkan  pengetahuan.  Kategori-kategori adalah kondisi a priori  yang memungkinkan manusia memikirkan objek-objek. Dan, tanpa "dipikirkan" objek-objek tidak bisa secara sungguh-sungguh  dikatakan "diketahui". Dengan kata lain, kategori-kategori merupakan syarat a priori pengetahuan manusia.[19]

Garis pemikiran ini secara jelas menjadi bagian dari revolusi Kopernikus-nya Kant. Penggunaan kategori-kategori tidak bisa dibenarkan apabila manusia masih bahwa akal budi itu mesti mengarahkan diri pada objek-objek. Kant beranggapan bahwa agar objek diketahui, objek itu harus menyesuaikan diri dengan kategori-kategori dan bukan sebaliknya. Dan itu berarti bahwa mereka harus tunduk pada kategori-kategori dari intelek.

Dalam penjelasan selanjutnya, Kant mengatakan bahwa kategori yang ketiga dari bentuk "tiga rangkaian" adalah merupakan hasil kombinasi dari yang pertama, dan yang kedua. Misalnya, totalitas adala kombinasi dari pluralitas dan kesatuan, dan lain-lain. Interpretasi dari skema "tiga rangkaian" ini, kemudian akan manusia temukan dalam filsafat Hegelian dalam pola "tiga rangkaian": tesis, antitesis,dan sintesis.

V. Penutup

            Imanuel Kant adalah seorang filosof  yang membawa perubahan revolusioner dalam bidang metafisika. Kant menganggap bahwa metafisika adalah suatu bentuk kegiatan akal budi yang semata-mata ditujukan mengenai dirinya sendiri. Perbedaan besar antara metafisika sebelum Kant  adalah bahwa metafisika sebelum Kant membicarakan objek-objek sedangkan metafisika Kant tidak membicarakan mengenai objek-objek melainkan membicarakan mengenai cara-cara akal budi mengetahui sesuatu.[20]

            Karena itu Kant mengadakan penelitian atas kemampuan rasio dan batas-batasnya sebelum rasio itu digunakan dalam proses pengetahuan. Pengetahuan, menurut Kant adalah selalu merupakan sintesis antara unsur a priori (sebelum pengalaman; dari bahasa latin prius yang artinya sebelum) dan a posteriori (latin post yang artinya sesudah pengalaman). Itu berarti Kant tidak setuju dengan pandangan tidak berimbang kaum rasionalis dan empiris.

            Menurut Kant, satu-satunya sumber pengetahuan adalah pengalaman empiris. Akan tetapi, pengalaman itu sendiri belumlah sepenuhna disebut pengetahuan. Pengalaman itu kemudian diproses dalam kerangka a priori  mutlak yang terdapat dengan sendirinya dalam struktur pikiran manusia. kerangka a priori dalam pikiran manusia terdiri dari ruang dan waktu dalam sensibilitas dan kategori-kategori.

            Kant beranggapan bahwa pikiran dan objek atau realitas yang manusia ketahui itu adalah dua hal yang terpisah, dan pengetahuan berperan untuk menghubungkan pikiran dan objek tersebut. Kategori-kategori a priori yang terdapat dalam struktur pikiran manusia itu secara spontan dan bahkan langsung bekerja setiap berhadapan dengan objek atau realitas. Dan objek yang masuk atau ditangkap melalui kategori-kategori tersebut bukan lagi objek sebagaimana pada dirinya sendiri tetapi objek yang telah terbentuk dan diformat dalam kategori-kategori dalam diri subjek manusia. karena itu manusia tidak bisa mengetahui "benda dalam dirinya sendiri" yang mungkin manusia ketahui hanyalah "benda bagi diriku"

            Pengetahuan manusia adalah hasil sintesis antara unsur-unsur objektif yakni realitas, sensasi-sensasi serta unsur subjektif yakni ruang dan waktu dari sensibilitas dan kategori-kategori yang konstitutif terdapat dalam akal budi manusia. proses terbentuknya pengetahuan manusia dimulai dari objek yang langsung tersaji bagi indera manusia.  setelah itu tahap berikutnya adalah tahap pencerapan inderawi. Dalam hal ini manusia belum mendapatkan pengetahuan yang sesungguhnya dan hanya disebut sebagai pengalaman mengenai objek. Kemudian tahap berikutnya adalah tahap intelek di mana terdapat dua belas kategori yang sudah terstruktur dalam akal budi manusia. intelek  manusia tidak pernah berada dalam kondisi pasif . Intelek manusia selalu aktif menata objek-objek melalui kategori-kategori. Tahap terakhir adalah tahap rasio.  Tahap ini berperan mensistematisasi dan menata semua pengetahuan yang manusia miliki sehingga menghasilkan kesatuan tertinggi pemikiran.

            Kant memberikan sumbangan yang begitu besar terhadap persoalan tentang Tuhan. Kant berpendapat bahwa Tuhan bukanlah objek inderawi dan karena itu manusia tidak pernah memiliki pengetahuan absolut tentang-Nya. Manusiapun dengan demikian tidak bisa mengafirmasi maupun menegasi keberadaanya. Biarkan Tuhan berada dalam kemisterian-Nya karena dengan demikian manusia bisa menghormati keagungan-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun