Mohon tunggu...
kardianus manfour
kardianus manfour Mohon Tunggu... Editor - belajar mencintai kebijaksanaan hidup

mahasiswa filsafat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Metafisika Gneoseologis Imanuel Kant

14 April 2020   22:14 Diperbarui: 14 April 2020   22:31 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Dalam Kant,  pengetahuan sejati ialah pengetahuan sintesisa priori. Yang dimaksud pengetahuan sejati ialah pengetahuan tentang universalitas, tentang necesitas. Jadi kesejatian pengetahuan Kantian tidak bersangkut paut dengan soal salah-benar. Kesejatian pengetahuan universalitas dan necesitas digaransi oleh kondisi trasendental budi manusia. Sedangkan pengetahuan a posteriori ialah pengetahuan yang mengandaikan pengalaman."[10]       

III. Metafisika Gnoseologis Imanuel Kant

3.1  Akal Budi Sebagai Sumber Pengetahuan

            Saya mengawali uraian tentang topik ini dengan menjelaskan beberapa argumen dari kaum rasionalis dan empirisme. Menurut para rasionalis dan empirisme, pikiran itu bersifat pasif  karena di dalam dirinya sendiri memiliki ide-ide yang siap dianalisis, atau karena pikiran menerima ide-ide yang siap untuk dianalisis, atau karena pikiran menerima ide-ide dari objek-objek. Kant tidak sependapat dengan argumen seperti itu dengan mengatakan bahwa pengalaman akan sebuah dunia seperti yang telah manusia miliki ini  hanya mungkin oleh karena pikiran menyediakan struktur-struktur yang sistematis yang ada dalam pikiran manusia. Epistemologi dari kaum empiris dan rasionalis tidak cukup berhasil  menjelaskan jenis-jenis keputusan atau pengalaman yang manusia miliki  oleh karena kedua aliran ini hanya memikirkan akiba dari interaksi antara pikiran dengan realitas dan bukan  berpikir tentang hakikat dari pikiran itu sendiri. Karena itu dalam karyanya, Kant menunjukkan sebuah bentuk argumen yang penting  yaitu argumen trasendental. Argumen transcendental inilah yang mengakhiri  penegasan dari kaum empiris bahwa pengalaman adalah sumber dari segala ide manusia. Yang menghasilkan sebuah pengetahuan adalah struktur-struktur pikiran manusia.

            Dalam metafisika tradisional, memang, sering dianggap bahwa segala pengetahuan manusia harus terarah pada objek. Para filsuf awali telah hamper selalu mengganggap bahwa benda dalam dirinya sendiri dapat diketahui. Mereka juga telah menganggap bahwa pengetahuan manusia harus menyesuaikan diri dengan objek-objek. Akan tetapi, Kant berpikir lain. Ia hendak menciptakan  sebuah kemajuan  yang lebih baik dalam bidang metafisika. Sebuah kemajuan yang justru menjadi  sebuah titik balik bagi pemikiran metafisika  yaitu sebuah anggapan baru bahwa bukan subjek yang mengarahkan diri pada objek, tetapi objek-objek itu harus mengarahkan diri pada pengetahuan subjek.

            Hipotesis ini, menurut pengalaman Kant, adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh kopernikus.[11]Kopernikus  melihat bahwa meskipun matahari  tampaknya bergerak mengitari bumi dari timur ke barat, manusia tidak bisa menyimpulkan bahwa bumi itu yang menjadi pusat dari tata surya. Kant menganggap bahwa manusia bisa mencoba perspektif yang sama dalam metafisika.

            Filsafat Kant dapat disejajarkan dengan revolusi kopernikan yang mengatasi rasionalisme, empirisme, dogmatisme dan skeptisme.[12] Revolusi kopernikan dari Kant tidak hendak mengatakan bahwa realitas itu direduksi dalam akal budi manusia. Dia juga tidak menganjurkan bahwa pikiran menciptakan objek dengan memikirkan mereka.  Yang dikatakan oleh Kant adalah manusia tidak mengetahui sesuatu dan sesuatu itu tidak bisa menjadi objek bagi pengetahuan manusia kecuali sejauh mereka tunduk pada kondisi a priori pengetahuan subjek. Karena, jika manusia menganggap bahwa akal budi manusia itu aktif. Struktur akal budi manusia bukanlah sebuah organ yang pasif, tetapi sebuah organ yang aktif yang membentuk dan mengkoordinasi sensasi-sensasi menjadi ide-ide, sebuah organ yang mentransformasi multiplisitas kekaosan pengalaman menjadi kesatuan pikiran yang teratur.

            Itu tidak  berarti bahwa budi manusia itu menciptakan objek-objek dari ketiadaan. Yang dimaksudkan di sini adalah bahwa budi manusia menentukan bentuk pengetahuannya sendiri dan semua itu ditentukan oleh stuktur dari sensibilitas dan intelek manusia. Objek tidak bisa diketahui kecuali melalui bentuk-bentuk medium ini. Instrument-instrumen kognitif ini secara mutlak dimiliki manusia karena itu merupakan struktur natural, alamiah. Medium-medium itu adalah unsure-unsur a priori yang dengan sedikitnya  telah terdapat dalam struktur pikiran setiap orang.

            Dengan demikian dapat dikatakan bahwa revolusi kopernikan dari Kant hendak menunjukkan sebuah cara berpikir yan baru yaitu berpikir bukan dari objek-objek atau realitas tetapi berpikir dari subjek (manusia).[13]  Kant hendak mengatakan bahwa dalam pikiran manusia terdapat sejumlah perangkat yang bersifat konstitutif atau mendeterminasi objek secara aktif. Bukan pikiran lagi yang harus menyesuaikan diri dengan objek-objek, tetapi objek-objeklah yang harus mengarahkan diri pada pikiran. Pikiran buka sebuah organ pasif, tetapi sebuah organ yang aktif yang menata dan membentuk pengetahuan manusia.

3.2 Teori Pengetahuan

3.2.1 Analitis (a priori)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun