Mohon tunggu...
Kara Cinta
Kara Cinta Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

penghayal ulung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sang Dewi dan Lembut Lembayung

14 Maret 2023   11:11 Diperbarui: 24 Maret 2023   18:12 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
taken by me in Bali, 2021

“Kamu sudah bisa menemuinya sekarang, Cah Ayu,” Romo memberi tahu.

“Siapa?”

“Pemuda itu.”

“Yang nanya? Wleee!” Sang Dewi cekikikan berlarian pecicilan, mengangkat rok lilit batik kekiniannya lalu lay-up bak Stephen Curry agar bisa toss dengan Hanuman yang masih menggelayut, mulutnya berkedut menahan tawa tertahan hormat pada Sang Romo.

Puas terpingkal-pingkal hingga hampir tersandung nila setitik dan amit-amit terjungkal lagi ke Ciliwung yang sekotor rusak susu sebelanga, Sridewi Asmaracinta kembali berpose persis arca dewi yang menitis padanya dan berdeham duarius. Ujarnya merajuk membujuk, “Ih, nggak usah deh, Romo. Aku nggak mau ketemu sama dia ah, Romo. I mean, like, look at my reworked jacket! This sh*t looks like a goddamn mess after my dumbass fell into that dirty ass river. And I’m not even wearing shoes, Doc Martens aku kan tadi terikut hanyut bersama kenangan mantanku.”

“Nak, yakinlah bahwa lelaki yang kuat iman menjaga pandangan tak akan sadar wanita di depan matanya memakai brand ternama dari butik Plaza Indonesia atau barang thrift hasil mengulik Blok M Plaza,” Romo Sindhunata meyakinkan Sang Dewi yang ia pahami sukmanya mulai terusik panik, khawatir meninggalkan first impression yang kurang mengagungkan flawless perfection.

“Tapi, Romo, dengan penampilanku sekarang ini yang bagai wanita tak bermoral minim modal, kalau dia mengira aku ini binatang jalang yang dari kumpulannya terbuang, gimana, Romo?” benak Sang Dewi masih saja tersangkut poros pertanyaan yang sampai pungkasan pun tak ada habis putarannya.

“Dasar bawel, lambemu dower kakehan ngomel,” sela Hanuman mencak-mencak melompat turun, berdecak-decak gemas oleh cemas kekanakan Sang Dewi. “Tak perlu kau meracau mengacaukan mood-ku untuk nyebat, aku punya cetusan solusi untukmu agar bisa menemui Si Ungu tanpa banyak cuap-cuap.”

“Piye?”

“Kamu harus jadi kucing.”

“Hah? Maksudmu seperti cosplayers yang mencari nafkah mengemis hadiah dari para penggemar neko-nekoan itu? Memange wong Arab ono sing wibu?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun