Hal ini muncul karena Cina mengalami penyakit klasik negara maju yang disebut sebagai "Paradoxes of Prosperity", di mana pertumbuhan yang dihasilkan oleh sistem kapitalisme cenderung diikuti dengan meningkatnya kesenjangan sosial karena hanya dapat dinikmati oleh sebagian segmen masyarakat, sedangkan sebagian lainnya tetap miskin akibat distribusi kekayaan yang tidak merata (Brink, 2013).Â
Hal ini terjadi karena kapitalisme sebagai sebuah sistem yang bertumpu pada "daulat pasar", menjadikan peran modal sebagai "sentra substansial" dan cenderung mengesampingkan peran manusia menjadi "marginal residual" (Edi Swasono, 2019). Alhasil, sistem ekonomi kapitalis menjadikan modal sebagai determinan utama kesuksesan.
Di dalam sistem kapitalisme, sekadar memiliki keterampilan, kemampuan, ataupun keahlian saja tidak cukup untuk mengubah status sosial seseorang.Â
Dibutuhkan modal atau endowment, yang didefinisikan sebagai sesuatu yang dimiliki individu yang dapat memengaruhi pendapatannya (Core: The Economics, 2017).Â
Tanpa adanya endowment, akan sulit bagi seseorang untuk menaiki tangga sosial dalam sistem ekonomi kapitalis. Contohnya Maman, sebagai seorang yang dilahirkan dari keluarga yang jauh dari kata berkecukupan, Maman tumbuh tanpa adanya warisan dari kedua orangtuanya.Â
Dalam kehidupan, yang ia miliki hanyalah secarik kertas bukti bahwa ia pernah menempuh pendidikan sekolah dasar serta kemampuan yang ia miliki dalam bertani.Â
Sedangkan di sisi lain, ada seorang juragan beras yang membutuhkan buruh tani untuk mengolah sepetak lahan warisan orangtuanya.Â
Melalui sistem kapitalisme, mekanisme pasar bebas nantinya memungkinkan kedua aktor ini bertemu sebagai pihak yang sama-sama membutuhkan. Namun, meskipun berada di posisi yang sama, hasil yang diperoleh Maman dengan sang juragan beras melalui interaksi ekonomi mereka nantinya akan sangat berbeda.Â
Sebagai buruh tani berpendidikan rendah, Maman sangat mudah dieksploitasi oleh juragan beras agar memberikan jasanya dengan harga termurah.Â
Hal ini terjadi karena sebagai buruh tani, Maman memiliki bargaining power yang jauh lebih rendah dibandingkan sang juragan beras.Â