Beberapa tahun belakangan lama rata-rata bekerja telah menurun dengan pemerintah menetapkan waktu reguler bekerja maksimal 40 jam/minggu untuk Jepang dan Korea Selatan.Â
Walaupun begitu, Korea Selatan tetap merupakan salah satu negara dengan jam kerja terpanjang di antara negara-negara OECD, bahkan bekerja 350 jam lebih lama dari masyarakat Jepang meskipun produktivitasnya telah menurun (Kang, 2020).Â
Namun tidak dapat dipungkiri, para Asian Tiger tampaknya akan terus menunjukkan taringnya. Satu hingga dua dekade ke depan, dapat ditebak siapalah yang akan menjadi perekonomian terbesar dunia menggantikan Amerika Serikat.Â
Tebak negara mana dengan kultur kerja ultra-workaholic (996 work culture) yang disertai pertumbuhan rata-rata perekonomian 10% per tahun? Yap, Tiongkok.Â
      Â
Referensi
Beit-Hallahmi, B. (1980). Achievement motivation and economic growth. Personality and Social Psychology Bulletin, 6(2), 210--215. Â
Granato, J., Inglehart, R., & Leblang, D. (1996). The effect of cultural values on economic development: Theory, hypotheses, and some empirical tests. American Journal of Political Science, 40(3), 607--626.Â
Jeong, H. (2020). Productivity growth and efficiency dynamics of Korean Structural Transformation. Â
Kang, S. (2020). Workaholism in Korea: Prevalence and socio-demographic differences. Frontiers in Psychology, 11.Â
Lin, Y. J., & Wang Stephanie W. (2012). Demystifying the chinese economy. CambridgeUniversity Press. p. 107. ISBN 978-0-521-19180-7
Ono, H. (2018). Why Do the Japanese Work Long Hours? Sociological Perspectives on Long Working Hours in Japan. Japan Labor Issues, 2(5), 35--45.Â