Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

6 Hal Penting dalam Pola Asuh Anak

2 Mei 2021   07:00 Diperbarui: 2 Mei 2021   07:13 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya hanya mengatakan agar anak kami menyelesaikannya secara baik-baik. Dan anak kami itu berhasil menyelesaikan persoalan yang dihadapinya tanpa campur tangan orangtua. Anggota Polri itu hanya minta anak kami mengganti dan memperbaiki kerusakan sepeda motornya. Saat itu anak kami tak membawa uang yang cukup untuk membiayai semuanya. Tapi bisa membuat anggota Polri itu percaya bahwa anak kami akan bertanggungjawab, tanpa meminta jaminan apapun. Dia meneruskan perjalanan ke tempat dinasnya dengan mengendarai sepeda motor yang mengalami kerusakan di beberapa bagian.

Anak kami nomor dua, mengalami masalah berkenaan dengan seragam sekolah. Saat SD ia sekolah di SD yang berbasiskan Islam sehingga seragam siswa laki-laki adalah celana panjang. Ini menjadi persoalan saat masuk SMP seragam siswa laki-lakinya celana pendek. Anak kami yang terbiasa bercelana panjang ke sekolah, sempat mengalami penolakan dari SMP yang dia masuki. Namun dia terus berusaha minta semacam dispensasi khusus untuk menggunakan celana panjang. Upaya dia ternyata mendapat dukungan dari banyak guru di SMP itu sehingga akhirnya kepala sekolah mengijinkannya. Bahkan setelah itu celana panjang menjadi salah satu seragam resmi yang digunakan setiap hari Jum'at.

Hal berbeda dialami oleh anak ketiga kami yang pindah sekolah pada saat naik ke kelas 3 karena kepindahan tempat tinggal kami ke kota yang berbeda. Di SD sebelumnya yang sama dengan kakaknya, jilbab menjadi hal wajib dikenakan saat sekolah. Persoalan muncul, di sekolah barunya tidak ada satupun siswa perempuannya yang mengenakan jilbab, meski jilbab tidak dilarang. 

Anak kami sempat kikuk dan beberapa hari mengalami kegalauan antara terus menggunakan jilbab atau tidak. Namun pada akhirnya dia memutuskan untuk tetap mengenakannya. Dia berhasil menyelesaikan persoalannya sendiri tanpa campur tangan orang tua. Keputusan dia untuk tetap mengenakan jilbab ternyata kemudian diikuti oleh beberapa teman sekolahnya termasuk kakak-kakak kelasnya untuk juga mengenakan jilbab.

Anak harus belajar sedini mungkin bagaimana menyelesaikan sendiri persoalan yang dihadapinya. Orangtua sedapat mungkin menghindari campur tangan kepada persoalan yang dihadapi anaknya sepanjang orangtua bisa menilai dan meyakini bahwa anaknya mampu menyelesaikannya sendiri.

5. Biarkan anak bertanggungjawab atas pilihannya

Memilih adalah sebuah keniscayaan dalam menjalani kehidupan. Pilihan demi pilihan akan datang silih berganti seiring berjalannya waktu. Yang pasti, setiap orang akan mengalami dimana dia harus memilih salah satu dari beberapa pilihan yang ada dihadapannya.

Sebagai orang tua pasti menghendaki kebaikan bagi anak-anaknya. Menjadi orang yang sukses misalnya. Karenanya menjadi hal yang sangat wajar apabila orang tua akan memilihkan hal terbaik untuk anak-anaknya. Mencarikan sekolah terbaik atau memilihkan jurusan favorit di perguruan tinggi bagi anaknya adalah contoh upaya orangtua memberikan yang terbaik untuk anaknya. 

Orangtua bisa memilihkan sekolah yang mahal misalnya, karena secara finansial mampu. Orangtua bisa jadi memilihkan jurusan untuk anaknya di perguruan tinggi berdasarkan potensi akademik atau bisa juga berdasarkan penilaian atas bakat yang dimiliki si anak. 

Dengan dasar-dasar itu, wajar sebagai orangtua merasa bisa memilihkan jurusan yang tepat untuknya. Akan tetapi orangtua harus memahami jalan sukses yang ada dalam pikiran anak kita belum tentu sama dengan yang ada dalam pikiran orangtuanya. Bisa jadi dia punya jalan yang berbeda untuk tujuan yang sama yakni jadi orang yang sukses itu.

Maka memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih jalannya berarti memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar bertanggungjawab atas pilihan yang diambilnya. Anak harus belajar bertanggungjawab kepada dirinya sendiri, sebelum belajar bertanggungjawab untuk hal-hal yang jauh lebih besar yang harus dihadapinya saat ia dewasa dan hidup di tengah-tengah masyarakat luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun