Mohon tunggu...
Kang Sole
Kang Sole Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Masih belajar agama di pinggirang Kota Yogyakarta | Pemilik akun twitter @sajakharmoni | Hobi: Meracik Kata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Putri Senja di Jalan Depan Rumahku

15 Oktober 2016   00:29 Diperbarui: 15 Oktober 2016   00:42 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Putri, indah nan menawan parasmu. Maaf aku memanggilmu Putri. Maaf juga aku tak memanggilmu Mina.” Sebentar, perlu adanya pendahuluan untuk menjaga agar sebuah obrolan bisa nyaman. “Selamat malam, Putri. Maukah kau sebentar saja mampir di gubuk tuaku.” Atau “Hai, Mina. Kenalkah dirimu padaku? Aku adalah penguasa di daerah sekitar rumahku dan akulah satu-satunya orang yang memanggilmu Putri.” Kelihatannya terlalu berlebihan. Seharusnya semua itu tak perlu.

Malam telah memberi kabar bahwa larut telah datang. Bulan diatas sana, sedang damai-damainya bertengger dalam diam. Sinarnya kelam bersama kelabunya mendung. Mengapa malam ini harus mendung. Mengapa pula arlojiku terlalu cepat berputar. Apa jalan sebelum rumahku ini ada cabangnya, hingga tak nampak Putri diujung sana. 

Bayangannya pun tak menyapaku yang sudah berdiri lama diteras ini. Lalu kutendang tiang teras rumahku. Sekali lagi kutendang tiangnya. Kutengok ke jalan, jalan pun menengok padaku. Mengabarkan bahwa Putri telah tertelan sepi. Lenyap bersama nama indahnya dariku.

Dimalam-malam selanjutnya, ternyata kabar itu benar. Dan dari senja ke senja, kini tinggal kopi yang menggantikan Putri. Namanya akan kuselipkan dalam setiap adukan kopi panas buatanku. 

Meski tak bergula, maka manis akan terselip dalam setiap cecap yang ku rasa. Kuhirup aromanya, dan persis seperti aroma jejak-jejak indah kaki mungilnya. Sejak hari itu, aku berhenti menunggu. Berhenti mengagumi. Berhenti menikmati debar dan nikmat sebuah kecantikan. Mulai saat itu pula, aku mengenal diriku. Memahami semua yang berada disekitarku. Menghargainya dan tak lagi mengabaikannya.

*Cerita lama yang terpotong dan baru bisa dilanjutkan setelah ada kemauan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun