Kita pernah ada, sepasang jiwa yang saling berjanji Â
Menganyam mimpi dalam gelap, merajut harap dalam sunyi Â
Dalam ruang tanpa nama, di balik bayang-bayang kota Â
Kita adalah bait-bait yang tak pernah tertulis di atas kertas
Matahari terbit untuk menyinari kita, atau begitu yang kita pikir Â
Namun cahayanya kini terasa bagai duri, menyengat luka-luka batin Â
Purnama yang pernah menemani malam kita, kini redup, Â
Bersembunyi di balik awan kelabu, tenggelam dalam hening yang beku
Aku melihatmu di sela-sela kerumunan, namun kau bagai bayangan Â
Tak terjangkau, tak tersentuh, meski hanya selangkah di depan Â
Apakah kita ini ilusi? Sekedar fantasi dalam benak yang resah? Â
Atau hanyalah lembaran kisah yang tertiup angin, hilang tanpa jejak?
Setiap kata yang pernah kita ucap, kini berubah menjadi debu Â
Tersebar di angin malam, hilang tak bersisa di langit yang kelabu Â
Semua janji, semua sumpah, adalah gema yang memudar Â
Menghantui malam-malam panjangku, dalam kesendirian yang liar
Kita ini siapa? Sepasang burung dalam sangkar emas? Â
Ataukah hanya sepasang bintang jatuh, yang tak pernah sampai ke dasar? Â
Mengapa segala asa kita harus terkikis oleh waktu? Â
Mengapa cinta yang kita semai harus layu, di tengah badai yang pilu?
Bersamamu, aku merasa seperti angin yang bebas berhembus Â
Namun kini, aku hanyalah debu di tengah badai, terombang-ambing tanpa tujuan Â
Kita ini apa? Cinta yang tak pernah benar-benar ada? Â
Ataukah hanya kenangan pahit yang ingin segera dilupa?
Aku mencoba merangkai kata, namun mereka berkhianat Â
Membawa arti yang tak pernah kuinginkan, menyisakan luka yang mengerat Â
Dalam diam, kita adalah puisi yang tak selesai ditulis Â
Terkubur dalam lemari kenangan, menjadi misteri tanpa penjelasan
Setiap jejak yang kita tinggalkan, hanyalah bayang-bayang di pasir Â
Terhapus ombak, hilang dalam riak air Â
Kita ini siapa? Sebuah dongeng tanpa akhir? Â
Atau hanya sekadar angan, yang menguap bersama kabut pagi?
Kini, di penghujung hari, aku hanya bisa menatap langit Â
Mencari bintang yang pernah kita impikan, namun tak lagi nampak Â
Aku bertanya pada malam, pada gelap yang setia menemani Â
Apakah kita akan abadi dalam ketiadaan ini? Ataukah kita akan lenyap, tanpa nama, tanpa makna?
Kita adalah kepingan waktu, tercecer di lorong-lorong memori Â
Tak berwujud, tak bersuara, hanya desah angin yang membisu Â
Di sana, di ujung senja, aku menunggu jawab yang tak kunjung tiba Â
Kita tanpa nama dan makna, sepasang jiwa yang hilang dalam cerita
Akhirnya, aku menyerah pada hening, membiarkan hati mengembara Â
Mencari arti di balik setiap luka, di balik setiap tanya Â
Kita mungkin tak pernah benar-benar ada, hanya ilusi di atas realita Â
Namun kenangan kita, biarlah menjadi puisi, yang abadi dalam kehampaan.