Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kita Tanpa Nama dan Makna

6 Agustus 2024   17:50 Diperbarui: 6 Agustus 2024   17:57 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita pernah ada, sepasang jiwa yang saling berjanji  

Menganyam mimpi dalam gelap, merajut harap dalam sunyi  

Dalam ruang tanpa nama, di balik bayang-bayang kota  

Kita adalah bait-bait yang tak pernah tertulis di atas kertas

Matahari terbit untuk menyinari kita, atau begitu yang kita pikir  

Namun cahayanya kini terasa bagai duri, menyengat luka-luka batin  

Purnama yang pernah menemani malam kita, kini redup,  

Bersembunyi di balik awan kelabu, tenggelam dalam hening yang beku

Aku melihatmu di sela-sela kerumunan, namun kau bagai bayangan  

Tak terjangkau, tak tersentuh, meski hanya selangkah di depan  

Apakah kita ini ilusi? Sekedar fantasi dalam benak yang resah?  

Atau hanyalah lembaran kisah yang tertiup angin, hilang tanpa jejak?

Setiap kata yang pernah kita ucap, kini berubah menjadi debu  

Tersebar di angin malam, hilang tak bersisa di langit yang kelabu  

Semua janji, semua sumpah, adalah gema yang memudar  

Menghantui malam-malam panjangku, dalam kesendirian yang liar

Kita ini siapa? Sepasang burung dalam sangkar emas?  

Ataukah hanya sepasang bintang jatuh, yang tak pernah sampai ke dasar?  

Mengapa segala asa kita harus terkikis oleh waktu?  

Mengapa cinta yang kita semai harus layu, di tengah badai yang pilu?

Bersamamu, aku merasa seperti angin yang bebas berhembus  

Namun kini, aku hanyalah debu di tengah badai, terombang-ambing tanpa tujuan  

Kita ini apa? Cinta yang tak pernah benar-benar ada?  

Ataukah hanya kenangan pahit yang ingin segera dilupa?

Aku mencoba merangkai kata, namun mereka berkhianat  

Membawa arti yang tak pernah kuinginkan, menyisakan luka yang mengerat  

Dalam diam, kita adalah puisi yang tak selesai ditulis  

Terkubur dalam lemari kenangan, menjadi misteri tanpa penjelasan

Setiap jejak yang kita tinggalkan, hanyalah bayang-bayang di pasir  

Terhapus ombak, hilang dalam riak air  

Kita ini siapa? Sebuah dongeng tanpa akhir?  

Atau hanya sekadar angan, yang menguap bersama kabut pagi?

Kini, di penghujung hari, aku hanya bisa menatap langit  

Mencari bintang yang pernah kita impikan, namun tak lagi nampak  

Aku bertanya pada malam, pada gelap yang setia menemani  

Apakah kita akan abadi dalam ketiadaan ini? Ataukah kita akan lenyap, tanpa nama, tanpa makna?

Kita adalah kepingan waktu, tercecer di lorong-lorong memori  

Tak berwujud, tak bersuara, hanya desah angin yang membisu  

Di sana, di ujung senja, aku menunggu jawab yang tak kunjung tiba  

Kita tanpa nama dan makna, sepasang jiwa yang hilang dalam cerita

Akhirnya, aku menyerah pada hening, membiarkan hati mengembara  

Mencari arti di balik setiap luka, di balik setiap tanya  

Kita mungkin tak pernah benar-benar ada, hanya ilusi di atas realita  

Namun kenangan kita, biarlah menjadi puisi, yang abadi dalam kehampaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun