Antara istana-istana megah dan gubuk-gubuk derita. Â
Anak-anak bermain di tanah becek dan bau amis, Â
Mengguratkan senyum palsu di tengah lapar dan haus yang mendera.
Di sudut-sudut trotoar, orang-orang tanpa rumah, Â
Meringkuk dalam dingin malam, berbalut koran bekas. Â
Wajah-wajah letih yang penuh harapan pudar, Â
Menanti pagi yang datang membawa mimpi baru, namun hanya getir yang mereka rasa.
Ruang hijau yang kian terkikis oleh beton dan baja, Â
Menjadi saksi bisu betapa alam tak lagi dihargai. Â
Udara kotor yang mengisi paru-paru anak-anak, Â
Merenggut tawa mereka, menggantinya dengan batuk dan sesak.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!