Mohon tunggu...
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA
DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Narasi Jalanan

18 Juli 2024   13:57 Diperbarui: 18 Juli 2024   14:00 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di lorong-lorong sunyi kota,

terhampar kisah tak terungkap,

jalan-jalan berliku,

dengan seribu cerita tersembunyi,

dimana aspal menyimpan kenangan,

dan trotoar menjadi saksi bisu.

Langkah-langkah lelah tanpa arah,

menghitung jejak-jejak terlupakan,

tetes hujan menghapus air mata,

mengiringi harapan-harapan samar,

di bawah lampu kota yang temaram,

mereka mencari secercah harapan.

Dalam keramaian yang menderu,

suara-suara mengabur dalam bising,

dari penjual koran yang berseru,

hingga pengamen dengan gitar lusuh,

semua berusaha mencari hidup,

di antara hiruk pikuk metropolitan.

Wajah-wajah tertunduk lesu,

membawa beban yang tak terlihat,

dengan mimpi yang terkadang pudar,

namun tetap bergelora di hati,

meski senyum sering tersembunyi,

cahaya harapan masih menyala.

Di perempatan jalan yang sesak,

di antara kendaraan yang saling mendahului,

ada anak kecil dengan mata berbinar,

menjajakan mimpi di sudut jalan,

dengan tangan mungil penuh asa,

mengejar masa depan yang masih misteri.

Gadis kecil bergaun lusuh,

bernyanyi di bawah lampu jalan,

suara merdu menyayat hati,

memanggil simpati dari lubuk jiwa,

meski langit tak selalu cerah,

dia tetap berdiri dengan teguh.

Di bawah jembatan layang megah,

tersembunyi kisah duka dan haru,

para tunawisma berpeluk angin,

mencari hangat dalam dingin malam,

dengan hati yang tak pernah menyerah,

meski nasib sering kali kejam.

Narasi jalanan penuh warna,

lukisan hidup di kanvas kota,

dengan guratan cerita yang dalam,

menjadi saksi bisu perjalanan waktu,

di setiap sudut dan tikungan,

tersimpan kisah tentang manusia.

Kehidupan terus berjalan,

meski langkah kadang terseok,

di balik setiap cerita duka,

terselip kebahagiaan sederhana,

jalan-jalan menjadi saksi bisu,

dari narasi jalanan yang abadi.

Sepintas terdengar, seperti suara buih di bebatuan

Nadanya menyejukkan hati tanpa irama yang mati

Kau juga pasti terpesona sampai jatuh 

Katanya selalu lembut dengan janji tanpa henti

Berusaha untuk meyakini walau hanya ilusi

Jalanan ini jadi saksi atas ucap dari lidah tak bertulang

Teriakkannya membabi buta sampai semua terpana

Tentang aku yang kalian butuhkan

Tentang aku bukan penipu 5 tahunan

Tentang aku adalah utusan

Jalanan ini menjadi bukti kuat

Teriak histeris, ramai bagai petir menggelegar hebat

Membius keraguan hati rakyat

Selalu begitu, dari dulu juga begitu, rakyat selalu terpikat

Perubahan hanyalah kursi manja di gedung mewah

Rakyat tetap begitu saja

Jalanan itu dulu hanyalah bukti peninggalan janji manis yang terasa pedis

Rakyat selalu dibutakan oleh paras dan rayuan tanpa batas

Sayang seribu sayang masih tertipu dengan nada merdu

Dalam irama nada yang selalu sama

Narasi jalanan hanyalah rayuan belaka, bagai pria menggoda pujaan hati

Selalu terbuai dan terjatuh, lalu mendekat kembali tanpa ragu walau tertipu lagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun