Di pangkuan sang ibu pertiwi, terluka dan tersayat
Hijau rimbun berubah gersang, sungai jernih kini keruh
Nyanyi merdu burung-burung hilang, sunyi menyelimuti
Bumi merintih dalam diam, mengulum dendam yang membeku
Berabad-abad lamanya, manusia datang, mengeruk, merampas
Hutan lebat ditebang tanpa ampun, menjadi gurun tak bernyawa
Gunung gagah dipapas, dikikis demi harta sesaat
Udara segar beracun, langit biru terkotori debu
Setiap tetes keringat petani, setiap peluh nelayan
Terhimpit roda kemajuan, tertelan mesin-mesin raksasa
Ladang subur berubah pabrik, laut kaya menjadi limbah
Bumi menangis darah, manusia tak mendengar
Kini dendam terpendam bangkit, menggelegar dari perut bumi
Gempa mengguncang kota, badai mengamuk tanpa ampun
Lahar panas menyembur, menelan keserakahan tanpa sisa
Banjir bandang datang, menghanyutkan mimpi palsu
Hutan kembali melawan, api membara melahap segala
Binatang liar keluar sarang, mencari keadilan yang direnggut
Bumi mengamuk, menuntut balas dendam
Pada manusia yang lupa, pada janji menjaga, mencinta
Mungkinkah masih ada waktu, menebus dosa yang menumpuk?
Mungkinkah bumi mengampuni, pada manusia yang terbangun?
Jika tangan-tangan keras ini berhenti, jika hati terbuka mengerti
Mungkin dendam bumi akan reda, mungkin kasihnya kembali terbuka
Namun jika abai terus menjadi jalan, tak ada kata maaf tersisa
Bumi akan terus mendendam, hingga tak ada lagi tempat berpijak
Pada kita, anak-anak manusia, diserukan suara dari bumi
Jangan sampai dendam ini menghabisi, jangan sampai terlambat menyadari
Mari kita kembalikan hijau di hutan, jernih di sungai
Mari kita jaga udara, lindungi tanah tempat kita berdiri
Dendam bumi bukanlah akhir, jika cinta kembali kita semai
Bumi akan tersenyum kembali, merangkul kita dalam damai.