Mohon tunggu...
Nur Azis
Nur Azis Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar sepanjang waktu

Bercerita dalam ruang imajinasi tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tragedi Terlarang

21 Oktober 2019   23:02 Diperbarui: 21 Oktober 2019   23:00 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sampean benar Mbak Jum?" pedagang keliling serasa masih tidak percaya.

"Ya iya lah, Mas. Memang siapa? Ini saya Jumairoh. Saya baru mengantar si kecil periksa dari puskesmas. Memang ada apa toh Mas?"

"Tadi, saya melihat, kamu di kamar. Sedang ..."

"di kamar? Sedang ... sedang apa maksudnya, Mas?"

"Sedang itu ... sama laki-laki."

"Ngawur. Sampean jangan ngawur. Saya dari tadi pagi, sudah meninggalkan rumah dengan si kecil. Yang di rumah saya itu ya istri Sampean. Yang saya minta menjaga rumah dan bersih-bersih."

"Istri saya? Yatimah?"

"Iya, yang jaga rumah saya ya istri sampean."

Sang pedagang keliling tidak percaya dengan semua yang dilihatnya. Dia membuang semua barang dagangan di atas sepeda motornya. Bergegas, dia tarik gas motornya dengan kencang. Memastikan, siapa perempuan yang baru saja dia lihat di rumah Mbak Jum.

Sampai di sana. Dia gebrak pintu rumah. Hingga pintunya roboh dan langsung terbuka. Amarah dalam diri sang pedagang keliling tak terbendung lagi. Langsung menuju ke pintu kamar. Langsung dobrak. Dan benar saja, dia menjumpai istrinya, dengan laki-laki lain. Supono, sesama tukang sayur. Yang selalu menjadi teman curhatnya.

"Kurang ajar kamu Pono!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun