"Mbak Jum tidak belanja?"
"Mbak ...."
"Mbak Jum"
Tetap saja tak ada jawaban dari dalam rumah. Sang pedagang keliling berpikir, jangan-jangan perempuan idamannya itu memang sedang pergi. Entah ke pasar, atau ke mana saja. Memastikan bahwa hari ini diia tak bertemu dengan Mbak Jum, segera dia melangkahkan kakinya meninggalkan rumah itu. Namun baru mau melangkah, ada semacam suara mencurigakan dari dalam.
Sang pedagang keliling kembali melihat keadaan rumah. Mengendus dari kaca jendela ruang tamu, yang terdapat celah-celah cahaya. Mengintip apa yang sedang terjadi di dalam. Namun tak terlihat sesuatu. Kemudian pindah ke jendela kamar. Kebetulan ada sedikit celah. Kayu jendela itu berlubang, sehingga memungkinkan mata sang pedagang keliling dapat melihat keadaan di dalam kamar.
Betapa terkejutnya. Dia melihat, dengan mata dan kepalanya, Mbak Jum, sedang bergumul dengan seorang laki-laki. Nafas sang pedagang keliling, menghela lebih dalam. Keringatnya bercucuran. Tak percaya, dengan apa yang dilakukan oleh janda yang kata sebagian orang tak mudah untuk didekati.
"Perempuan murahan. Masak siang-siang seperti ini, tega-teganya berbuat seperti itu." Batin sang pedagang keliling.
Tak mau membuat orang-orang tahu. Sang pedagang keliling, hanya menyimpan apa yang telah dilihatnya. Meski sekujur tubuhnya gemetar dan hatinya seperti teriris-iris. Segera di bergegas, mengemasi seluruh barang dagangan dan diangkut di atas kendaraan bermotornya. Rasa-rasanya, sudah tak ingin lagi melanjutkan berdagangnya. Ingin segera pulang dan tidur.
Saat perjalanan pulang, melewati pematang tanpa sengaja, dia berpapasan dengan Mbak Jum. Betapa terkejutnya, melihat perempuan yang baru saja dilihatnya di kamar, sekarang sudah terlihat berjalan dengan anaknya di pinggir jalan. Sang pedagang keliling, segera menghentikan motornya. Menghampiri Mbak Jum.
"Mbak ... Mbak Jum" teriak pedagang keliling, hingga menghentikan langkah Mbak Jum.
"Iya, Mas."