Nur Hidayat juga sempat menyinggung soal lahan yang dikuasai perusahaan Prabowo yang diungkap Jokowi dalam debat capres kemarin. Kata politisi PKS itu, Â faktanya lahan tersebut bukan punya Prabowo. Tapi itu tanah HGU yang diperoleh dengan mekanisme hukum legal. Dan sepanjang Jokowi memimpin, soal lahan itu sudah disampaikan Prabowo.
"Kenapa dijadikan masalah ketika perdebatan? Ini bukan mencerahkan, karena beliau tidak berani buka tanah-tanah banyak kroni-kroni beliau (Jokowi)," katanya.
Apalagi kata Nur Hidayat,  penegasan Jokowi yang menyatakan tidak takut siapa pun, kecuali kepada Allah SWT. Pernyataan ini baik dan harus. Jadi, kalau  memang hanya takut kepada Allah, harus betul-betul  mengesampingkan kepentingan politik,  mengutamakan kepentingan rakyat dan  memajukan ekonomi.
"Tapi kalau ini tidak terwujud, orang akan bertanya, benarkah takut kepada Allah? Kalau agama jadi mainan, ini harus dihindari. Salah satu politisasi agama melahirkan pelecehan terhadap tokoh-tokoh agama, krimlinasliasi ulama, dipersekusi. Kalau Anda seorang politisi, anggota dewan, capres, anda selama ini jalankan ajaran agama sepanjang waktu, sekalipun anda politisi, itu bukan politisasi agama," katanya.
Jangan sampai kata Nur Hidayat,  umat Islam takut menjalankan ajaran agama. Atau takut disebut politisasi agama. Karena politisasi agama itu mereka yang melaksanakan ajaran agama untuk tujuan jangka pendek, dan kepentingan politik. Agama justru yang harus membingkai kehidupan.  Sehingga politik  punya nilai keluhuran. Memberikan solusi, mementingkan keadilan, kesejahteraan dan akhlak mulia.
"Kalau itu kita lakukan siapapun kita maka Insya Allah kita berada pada jalan yang sebenarnya," katanya.
Sementara itu, saat membuka diskusi Ketua Sekretariat Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, M Taufik mengaku prihatin dengar isu yang saat ini berkembang, bahwa saat debat  ada yang gunakan alat bantu dengar. Kalau itu benar, itu pertanda tidak baik.  " Mudah-mudahan itu tidak benar," ujarnya.
Taufik juga mengkritik data-data yang dibeberkan Jokowi dalam debat. Karena ada beberapa data yang salah atau keliru. Kalau data keliru, apa bedanya dengan hoak. " Dengan data yang kemarin disampaikan saat debat, sangat tidak akurat, tidak valid," kata Taufik.
Karena itu, kata dia, sudah saatnya kepala negara diganti. Pemimpin yang memberikan data sebenar-benarnya itu yang harus memimpin negara. Taufik juga menyinggung soal kasus yang menimpa Ketua Umum Persaudaraan Alumni 212, Slamet Ma'arif.
"Kita juga prihatin atas saudara kita Pak Slamet Maarif yang sedang sakit. Enggak jelas kenapa mesti dipanggil. Saya kira ini untuk kesekian kalinya dilakukan oleh para ulama dalam pemerintahan sekarang," katanya.
Ia minta, hentikan cara-cara yang menurutnya itu adalah bentuk kriminalisasi. Â Jangan lupa sisa waktu tidak lama lagi. Mari bergerak memenangkan Prabowo-Sandi," katanya.