Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berguru pada Budaya Indonesia

4 Juni 2023   13:30 Diperbarui: 4 Juni 2023   18:01 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa kabar baiknya?"

"Di zaman ini ia sudah tak lagi ada."

"Loh, kok kabar baik? Bukankah hukum itu harus ada untuk menegakkan keadilan."

"Memang benar demikian adanya. Akan tetapi untuk apa hukum itu ada jika semua manusianya sudah berakhlak mulia." Jawabnya tenang di tengah laju kendaraan kami yang juga berjalan cukup pelan, sebagaimana kendaraan-kendaraan lain yang ada di sekitar kami. Begitu senyap suara dari masing-masing mereka.

Sesekali aku melihat pada keadaan sekeliling, aku melihat sapa senyuman pada setiap wajah manusia yang kutemui di sepanjang jalan, seakan menyiratkan jaminan keselamatan dan kedamaian dari sanubari mereka untukku. Pemandangan ini menurutku sungguh aneh, sebab kami belum pernah saling mengenal dan bertegur sapa sebelumnya.

"Bagaimana caranya manusia pada masa ini bisa berakhlak mulia?"

"Mereka bisa berakhlak mulia sebab semuanya sudah mengimplementasikan apa yang ada pada kitab sucinya. Jadi, kitab suci tidak hanya sekadar menjadi wacana apalagi bahan untuk saling berbantahan seperti yang masih terjadi pada zaman Tuan. Persisnya, masing-masing kitab suci yang sudah benar-benar mereka pahami adalah pondasi utama dari setiap perilaku mereka."

"Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?"

"Sebab mereka sudah menyadari bahwa keyakinan beragama itu ibarat bahan masakan yang ada di dapur, di mana hasil olahannya adalah keluhuran akhlak yang disajikan untuk setiap manusia. Bukankah sikap itu yang sepatutnya mereka jaga di samping akhlak mereka kepada Tuhan?"

Begitu kuasanya Tuhan membolak-balikkan hati dan keadaan manusia. Aku tak berhenti takjub atas kuasa Tuhan yang telah membawaku hingga pada keadaan ini.

"Sepanjang perjalanan, tak satu pun saya melihat kondisi hunian tak pantas yang berisikan orang fakir di dalamnya." Aku mencoba menanggapi keadaan bangunan yang berjajar rapi di sekitar kendaraan yang kami tunggangi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun