Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berguru pada Budaya Indonesia

4 Juni 2023   13:30 Diperbarui: 4 Juni 2023   18:01 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Benar-benar luar biasa dampak dari kesepakatan ini."

"Lebih tepatnya kesepakatan yang didasari atas pemahaman yang nyata. Mereka sama-sama sudah paham sebab sudah sama-sama merasakan betapa mencekamnya hidup dalam ketidakamanan."

"Bukankah dengan modal kekuasaan dan pundi-pundi harta manusia bisa memanipulasi keamanan untuk diri mereka sendiri?" Aku mencoba menyanggah.

"Dalam skala tertentu, mungkin bisa. Namun, kesenjangan yang terlalu lebar dan dalam skala yang terlalu luas nyatanya akan melahirkan perlawanan. Muasalnya adalah dari penolakan mereka yang merasa sudah sangat jenuh untuk ditekan dan dirugikan. Sebagai bukti shahihnya, hukum yang dimanipulasi berulang kali hanya akan melahirkan kumpulan manusia yang menciptakan hukumnya sendiri tanpa lagi peduli dengan hukum sebelumnya yang pernah ada. Hukum yang pincang inilah yang melahirkan kumpulan rasa tidak percaya yang kemudian menghilangkan adanya pengakuan atas pihak lain. Tidak mengherankan jika keadaan ini terus dibiarkan berlanjut akan membentuk upaya penghancuran. Mungkin gambaran seperti inilah yang masih menggelanyuti angan-angan Tuan."

"Persis. Lantas, dengan keadaan hukum yang ada di masa ini, apa yang terjadi?" Aku berniat untuk membandingkan.

"Mohon maaf, Tuan. Sebelum saya menjawab pertanyaan Tuan, sudikah kiranya Tuan berkeliling bersama saya dengan menggunakan kereta ini." Ajaknya sambil menunjuk pada sebuah kendaraan yang terparkir di samping kami. Sebagaimana kendaraan yang lalu lalang di sekitar kami, wujudnya sungguh aneh, sebab tidak ada satu pun roda yang melekat sebagai kaki-kakinya.

"Silakan Tuan, duduk di dalam sini." Ajaknya membuyarkan angan-anganku. "Mari kita berkeliling sambil berbincang tentang keadaan negeri Tuan di masa ini."

"Baiklah." Aku masuk ke dalam kendaraan itu dengan hati-hati dan dihinggapi rasa takjub. Tak lupa aku menyebut nama Tuhan yang telah melimpahiku dengan hal-hal luar biasa di dalam hidupku. Tak terkecuali dengan keadaan hari ini yang menurutku lebih dari sekadar keajaiban.

"Silakan, jika ada yang hendak Tuan tanyakan mengenai keadaan negeri Tuan di masa ini. Barangkali saya bisa memberi jawaban." Ia mengulang pintanya setelah kami melewati beberapa ratus meter perjalanan.

"Baik. Dari tadi saya masih sangat penasaran dengan kabar hukum di negeri ini."

"Ada kabar baik tentang hukum di negeri Tuan pada masa ini." Jawabnya perlahan sambil tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun