Akan tetapi, pada waktu itu si ibu tersebut ternyata tidak berkenan untuk memberikan nomor kontaknya meski ia telah mendapat nomor kontak dari si pemilik perhiasan. Sehingga ia pun berlalu meninggalkan toko dengan perhiasan yang masih ditahan oleh Dina dan pemilik toko.
Dina yang masih merasakan aura keganjilan dari sikap ibu itu berusaha mencatat jenis sepeda motor berikut nomor polisi yang melekat pada bagian depan kendaraannya.
*
Setengah jam kemudian, Marni yang sebelumnya telah mendapat kabar tentang perhiasannya itu telah sampai di toko perhiasan. Air mukanya menyiratkan rasa yang bercampur dari dalam batinnya, antara rasa senang, penasaran, cemas dan khawatir. Ia benar-benar tak menyangka masih bisa berjodoh dengan gelang emasnya yang telah hilang.
Marni pun menceritakan bahwa sebenarnya ia tak hanya kehilangan gelang emas saja akan tetapi ia juga kehilangan perhiasan kalung dengan berat sekitar dua gram.
Usai mendengar penuturan dari Marni, wajah Dina mendadak berubah pucat. Ia benar-benar tak menduga perhiasan kalung yang sebenarnya juga akan dijual oleh ibu tadi ternyata juga merupakan milik Marni. Sementara ia telah terlanjur menyerahkan kembali perhiasan kalung pada ibu itu. Dina benar-benar menyesali keputusannya yang tak sempat menanyakan secara detail barang apa saja dari si Marni yang telah hilang.
Akan tetapi, Marni tampaknya sudah mengikhlaskan kalungnya yang hilang itu. Lantaran salah satu barangnya yang lebih berharga yakni gelang emas seberat 4,5 gram sudah kembali ke tangannya.
Tak lupa ia mengucapkan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Dina karena telah membantunya untuk menemukan perhiasan yang sudah ia anggap sebagai belahan hatinya tersebut.
Demikian pula Dina, ia mewakili pihak toko memohon maaf dengan setulusnya atas keteledorannya dalam menerima barang dari pembeli asing tadi.Â
Tak lupa ia memberikan catatan tentang sepeda motor dan nomor polisi dari kendaraan si ibu yang menjual perhiasannya tadi. Barangkali hal ini akan membantu untuk dapat menemukan pihak yang masih membawa perhiasannya yang lain.
Setelah menerima lembar catatan dari Dina, Marni tampak tak begitu mempermasalahkan keadaan kalungnya yang masih raib itu. Lantaran ia menganggap barangkali itu adalah jatah yang seharusnya ia beri kepada pihak yang telah menemukan perhiasannya.